Sejujurnya, kami tidak tahu harus mencari ke mana. Satu-satunya informasi yang kami miliki adalah dongeng tersebut, dan bahkan tempat pintu tingkap itu berada tidak disebutkan dengan jelas.
Kalau informasinya setidak jelas ini, lalu mengapa aku memaksa diriku untuk tetap mencari pedang itu?
Aku masih berharap.
Meskipun aku tidak akan merugi kalau tidak menemukan pedang itu, karena aku memang berencana untuk pergi ke Centoria dengan perlengkapanku yang sekarang, tetap saja... bukannya akan keren jika aku juga memiliki sebuah Divine Instrument?
Sungguh, dari apa yang diceritakan Sieg, «Cherry Blossom Sword» ini terdengar sangat keren, dan juga luar biasa kuatnya, tentunya. Sudah jelas aku tergiur dengan keajaiban dalam bentuk pedang itu. Entah apa kemampuan yang pedang itu miliki.
Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini.
Kami terus berjalan, menghindari para penjaga yang mengelilingi kediaman ini. Sampai sekarang, kami masih belum ditemukan.
Aku harap, Tuan Zakkalight atau siapapun di kediaman ini tidak tahu kalau «Cherry Blossom Sword» itu adalah sebuah pedang yang nyata. Dengan demikian, aku akan bisa mengklaim kepemilikan atas pedang tersebut, meskipun aku akan tertangkap sebagai kriminal.
Jika aku sudah mengakui kepemilikan atas pedang tersebut, maka pedang tersebut tidak akan dikembalikan kepada Keluarga Zakkalight, melainkan akan disita oleh Gereja Axiom.
Dengan begitu, aku akan dapat mengambilnya kembali di gudang Central Cathedral. Aku hanya melakukan reka ulang terhadap apa yang terjadi di Sword Art Online, namun jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.
Lalu, akhirnya, Sieg menemukan sesuatu yang aneh.
"Astolfo, kemari..." katanya pelan, sambil melambaikan tangannya.
Aku mengangguk, dan segera mendekatinya.
Saat ini, kami sedang berada di dapur bagian bawah, yang tidak dijaga sama sekali. Sepertinya, mereka tidak berpikir kalau pencuri akan mau mengambil sesuatu seperti bahan baku dapur.
Melihat kebodohan mereka membuatku ingin tertawa. Siapa sangka kalau benda yang kuincar—sebagai tujuan sampingan, tentunya—akan berada di dapur ini?
Sieg menunjukkan kalau lantai di sini terlihat janggal, dan setelah kuperhatikan dengan teliti, aku menyadari kalau lantai yang dimaksud ternyata sedikit menonjol ke atas.
Kejanggalan ini sangat sulit untuk dideteksi, dan aku tidak menyalahkan orang lain yang tidak berhasil menyadari ini. Karena, tonjolan ubin lantai ini hanya berbeda kurang dari satu sentimeter dari ubin yang lain.
Menyusahkan sekali, huh?
Aku belum bisa membuktikan kalau ini adalah ruang bawah tanah yang sama seperti yang disebutkan dalam dongeng atau bukan, tapi setidaknya kita bisa mencobanya.
"Baiklah, Sieg, mari kita memindahkan keramik-keramik ini..." perintahku kepada Sieg.
"Aku mengerti," katanya.
Kami berdua mulai memindahkan keramik yang nampak menonjol. Agak sulit, karena tonjolannya terlalu kecil, tapi kami terbantu dengan menggunakan pedang kami, yang ternyata lebih kuat daripada ubin lantai di sini.
Begitu kami selesai, dapat terlihat sebuah pintu tingkap kayu yang kotornya bukan main.
"Bagus! Kita berhasil!" Aku memekik girang.
Sieg tersenyum kecil, "Sekarang, kita buka."
Dengan tenaga dua orang, kami dapat membuka pintu tingkap itu tanpa kesulitan sedikitpun. Ini wajar saja, mengingat seorang anak kecil sekalipun dapat mengangkat pintu kayu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trap Reincarnation : ASTOLFO (SAO FANFIC)
Fanfic"Tunggu dulu, kenapa tubuhku menjadi seperti ini?!" Alkisah, hiduplah seorang pemuda yang sudah menjadi mahasiswa. Akan tetapi, dia memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri. Mempercayai bahwa dunia lain itu ada, pemuda itu menolak kenyataan dan men...