"Aduh ada yang berangkat bareng nih," sindir Agatha kepada Itsna. Seisi kelas menoleh ke arah Agatha mencari seseorang yang ia maksud.
"Aduh sayang, kamu kok selingkuh sih. Aku kan jadi cemburu nih!" rengek Dika dengan nada yang menjijikan.
"DIH APAAN SIH! GELI BANGET!" balas Itsna.
"Resmi bund?" Lena bertanya.
"Iya semalem dia ngajakin gw jalan abis itu diresmiin deh," jelas Itsna.
"Ih dia pendiem gitu ternyata berani ya," ucap Agatha.
"Heh mau pendiem gimana yang namanya cowok juga cowok bund!" Clara menjawab Agatha.
"Tambah sempurna aja hidup lu Na. Gw juga mau," tambah Clara.
"Dih lu kok jadi iri sih?Makanya jangan jomblo terus lu! Cari pacar gih!" balas Lena.
"Mentang-mentang punya pacar lu jadi ngledek gw,"
"Stttt! Udah-udah malah jadi debat!" lerai Agatha.
Bel berbunyi, tanda pelajaran akan segara dimulai. Mata pelajaran hari itu hanya diisi dengan diskusi kelompok dan presentasi. Adanya pembelajaran tatap muka 100% membuat mereka dihujani tugas kelompok yang menyiksa hari-hari mereka. Beberapa orang lebih menyukai pekerjaan mandiri dibanding kelompok karena alasan tertentu, seperti nilai yang tak adil, beberapa anak yang tak ikut kerja dan hanya menumpang nama. Hal-hal seperti itu sering menyebabkan konflik di antara mereka. Namun adanya tugas kelompok, mereka lebih mengenal satu sama lain dan memahami berbagai karakter seseorang.
"Ray, pulang bareng yuk!" Zara menghampiri Ray yang sedang sibuk mengemas bukunya. Itsna yang berada di saat ikut mendengar perkataan wanita itu.
"Gw sama Itsna." Ray menjawab singkat dan berjalan melangkah ke arah Itsna.
"Ayo balik!" ajaknya.
"Lu sama Zara aja."
"Tuhkan dia aja nyuruh lu sama gw," Zara ikut menimbrung.
"Gw bisa naik ojol kok," sambung Itsna
"Sory Ra, Gw sama Itsna," ucap Ray lalu menggandeng tangan Itsna menuju pintu kelas. Beberapa teman-temannya yang masih berada di sana melihat mereka dan bersorak sorai.
"Wih ada yang udah jadian nih. Berawal dari teman kelas berakhir jadian, keren sih bukan berakhir friendzone."
Itsna hanya tersenyum menanggapi sorakan teman-temannya dan berjalan keluar kelas bersama Ray. Ia menghampiri temen-temannya dan melambaikan tangan sebagai tanda pamit.
"Bye gw duluan y!a" Itsna melambaikan tangannya sembari berjalan meninggalkan mereka.
"Buset tuh tangan digandeng mulu. Takut ilang apa mo nyebrang," cibir Clara sambil membalas lambaian Itsna.
"HAHA. Biarin lagi anget-angetnya tuh. Gw duluan ya udah di tunggu Davin di parkiran," ucap Lena kepada Agatha dan Clara.
"Ya Tuhan nasib kita gini amat ya," rengek Clara sembari merangkul Agatha.
"Stay halal kita!" seru Agatha.
Ray dan Itsna pun menaiki motor dan melaju menjauh dari gerbang sekolahnya. Sepanjang perjalanan mereka bercanda dan membicarakan hal random yang ada di sepanjang jalan. Sesekali Itsna menepuk bahu Ray karena tertawa. Sepertinya reflek seluruh wanita di dunia selalu sama, jika tertawa pasti menepuk seseorang yang ada di dekatnya. Tawa mereka begitu lepas hingga beberapa kali mereka di toleh oleh penggendara lain.
"Mau kemana nih kita?" tanyanya kepada Itsna.
"Pulang lah masa ngamen di jalan!" Itsna menjawab dengan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYNA
Non-Fiction*** Menjadi anak semata wayang yang selalu mendapatkan kasih sayang lebih dan tak pernah terbagi menjadi sesuatu yang sangat berarti untuknya. Lengkap dengan sahabat yang selalu ada dan siap menjadi garda terdepan kala dibutuhkan. Hidupnya semakin l...