Ray❤
Itsna: Uda sampe rumah belum?
Maaf ya
Aku kebetulan aja tadi ketemu dia
Lagian Cuma nanyain kamu doang terus ga lama kamu dateng
Kalo nggak percaya besok cek cctv parkiran deh
Itsna melamun diatas ranjang sembari menantap ponselnya menunggu balasan dari Ray. Sudah beberapa jam Ray tak kunjung membalas. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 20.00, Ray hanya membaca pesan Itsna lalu kembali offline. Itsna semakin gelisah.
TING!
Itsna yang hampir tertidur pulas dengan ponsel yang masih ditangannya, tiba-tiba terbangun lalu membuka ponselnya. Berharap itu adalah notifikasi balasan dari Ray.
Ray❤
Ray: Iya aku percaya kok
Besok kamu nonton?
Itsna: Iya, kamu ikut nggak?
Ray: Liat besok deh
Itsna: Ikut aja,
kalo nggak ada kamu ntar IBB kalah
Ray: Nggak masalah kan cuma main-main doang
Besok kamu berangkat sendiri ya, mungkin aku bareng temen
Itsna: Oke
○○○○○○○○○○○○○○○
"Clar lu tau tempat futsalnya kagak?" tanya Itsna pada Clara, mereka sedang mengendarai motornya menuju tempat futsal.
"Deket RSU itu loh," jawab Clara.
"Oke!"
Itsna melajukan motornya menuju RSU yang Clara maksud. Sesampainya disana, mereka memarkirkan motornya dan menghampiri teman-temannya. Dinda, Agatha, Zara, dan Lina sudah berada disana sejak 10 menit yang lalu. Sungguh tepat waktu!
"Aduh kita mo ngasih minum ke siapa ye?" sindir Dinda pada Itsna yang meneteng plastik berisi sebotol minum dan roti.
"Haduh nggak punya ayang nih," balas Lina sambil menepuk jidatnya.
"HAHAHA. Kalian bisa aja. Owh iya, Lena belum nyusul?" tanya Itsna sambil mencari keberadaan Lena.
"Katanya si mo otw," jawab Agatha.
"Ya udah nunggu di dalem yuk!" ajak Zara.
Mereka berjalan masuk dan melihat sekeliling. Suasananya cukup ramai, disana ada beberapa gerombolan pendukung tim lawan. Itsna dan teman-temannya duduk di samping lapangan bersama beberapa laki-laki IBB yang sedang bersiap-siap untuk bertanding.
"Nih!" Itsna memberikan minum pada Ray yang sedang mengelap keringatnya.
"Makasih, Naik apa kesini?"
"Motor"
Para perempuan yang ada di sana hanya hening tak bersuara. Mereka tak begitu paham tentang pertandingan futsal sehingga mereka hanya fokus melihat tanpa bersorak seperti yang diharapkan Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYNA
Non-Fiction*** Menjadi anak semata wayang yang selalu mendapatkan kasih sayang lebih dan tak pernah terbagi menjadi sesuatu yang sangat berarti untuknya. Lengkap dengan sahabat yang selalu ada dan siap menjadi garda terdepan kala dibutuhkan. Hidupnya semakin l...