Beberapa puluh menit kemudian mereka sampai di Curug Coban Rondo yang terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Jarak air terjun dari tempat parkir bus sekitar 500 m. Itsna dan teman-temannya berjalan bersama menuju tempat tersebut. Ketika sampai, mereka dapat dengan jelas melihat air terjun setinggi kurang lebih sekitar 84 m dengan pemandangan yang indah serta udara yang segar. Suara gemericik air menjadi alunan indah saat berada disana. Sinar mentari menembus celah-celah dedauan pohon di sekitarnya memperindah suasana.
"KEREN BANGET!" teriak Lena dengan wajah kagum.
"Iya ih, udaranya juga seger banget," tambah Itsna.
"AYO ANAK-ANAK KELAS XI IBB KITA FOTO BERSAMA!" ucap Wali kelas IBB.
Mereka pun berjejer dan berfoto bersama dengan bermacam-macam pose, seperti pose formal, bebas, dan kompak dengan gaya yang sama. Dengan backround air terjun tinggi yang sangat menakjubkan. Para siswa berfoto ria terlihat dari ekspresi wajah mereka yang penuh keceriaan. Beberapa siswa terlihat melempar senyuman ke arah kamera dan mengekspresikan kebahagiaan mereka dalam momen tersebut. Semilir angin membuat rambut mereka berkibar menambah keaesthetican potret mereka. Potret yang mereka ambil merupakan penggambaran manusia dan alam yang saling berdampingan menjadi bukti keagungan Tuhan.
"Gais gw mau ngasih tau hal yang penting," ucap Clara dengan wajah serius membuat teman-temannya mendekat dan penasaran.
"Apa woy cepet penasaran nih," balas Dika tidak sabar.
"Baju kita sama," ucap Clara dengan wajah polosnya.
"Gila lu ye, bener-bener ni anak satu!" omel Agatha.
"Kita udah serius nih anjir," tambah Lena.
"PENGEN UNFREIND!" teriak Itsna.
"HAHAH CANDA GAIS," pinta Clara tanpa rasa bersalah.
"Fotbar yuk!" ajak Itsna sambil menggandeng tangan Ray.
"Boleh!"
Lena pun menerima ponsel dari Itsna dan mengarahkan kamera ponsel tersebut ke arah Itsna dan Ray yang sudah bersiap foto. Tidak hanya Ray dan Itsna saja yang mengabadikan momen disana, mereka secara bergantian mengambil gambar ditempat aesthetic itu. Setelah mereka puas berfoto dan berselfi, mereka kembali menuju bus. Di sepanjang perjalanan menuju bus banyak berjajar toko oleh-oleh. Tak henti para pedagang disepanjang jalan tersebut menawarkan dagangannya kepada mereka. Saat mereka tengah asik berbincang, tiba-tiba ponsel Itsna berdering.
"Hayo lo siapa tuh?selingkuhan tuh pasti." Dika mengompori.
"Ssst diem," balas Itsna lalu mengangkat telfonnya.
"Hallo kakak, lagi apa ni"
"Lagi jalan ke bus nih, abis dari curug. Kenapa?"
"MAU OLEH-OLEH!" teriaknya dengan bersemangat.
"Iya dek,besok ya kalo kakak pulang aku bawain oleh-oleh. Mau ngobrol sama kakak mu nggak?"
"Nggak mau males. Ya udah kak, happy holiday bye!"
"Thanks dek!"
Itsna pun menutup telfonnya.
"Siapa?" tanya Ray penasaran.
"Adek kamu"
"DIH NGAPAIN?"
"Minta oleh-oleh tadi aku tawarin mo ngobrol sama kamu atau engga dia jawab nya engga," jelas Itsna.
"Lah kok nggak minta ke kakak nya aja?" tanya Agatha bingung.
"Gatau, galak kalik Ray nya," jawab Itsna sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYNA
Sachbücher*** Menjadi anak semata wayang yang selalu mendapatkan kasih sayang lebih dan tak pernah terbagi menjadi sesuatu yang sangat berarti untuknya. Lengkap dengan sahabat yang selalu ada dan siap menjadi garda terdepan kala dibutuhkan. Hidupnya semakin l...