°•° Eottokhae? °•°

410 68 15
                                    









Bagaimana hari kalian?





Selamat malam dan selamat beristirahat 🥰

.
.
.







"Tapi Ji... Aku membutuhkan pekerjaan itu~"

"Berhenti dari pekerjaan itu atau hubungan kita yang berhenti?!"

Jennie membayangkan bujukan dan rengekannya pada Jisoo kemarin. Ia sepertinya gagal mempertahankan pekerjaannya. Lalu, bagaimana dengannya dan Taeyeon nanti?

Wajah kucingnya saat ini terlihat berpikir keras.

"Argh, aku harus bagaimana?"

.

Disinilah Jennie sekarang, gerbang sekolah Jisoo bersama sepeda tuanya setiap saat. Sepertinya 5 menit lagi sekolah akan bubar. Dan memang benar dugaan sang kucing, dari ujung sana terlihat Jisoo sedang berjalan bersama temannya kemarin.

"Yah, Chu-ya?" Panggilnya setelah ia diacuhkan begitu saja.

Jennie meninggalkan sepedanya dan berlari kearah Jisoo. Merasa jika Jennie mengikutinya, Jisoo justru melebarkan langkahnya dan meninggalkan Irene.

"Ji!"

"Jisoo!"

Jennie berusaha tidak putus asa untuk mengejar Jisoo. Sebelum meraih pergelangan tangannya, Jisoo tidak sengaja menabrak tubuh tinggi seseorang didepannya. Beruntung Jennie menahan tubuh Jisoo dari belakang, jika tidak memungkinkan gadis itu terjatuh.

"Perhatikan langkahmu nona!"

"Jeongsonghamnida."

Bukan Jisoo yang meminta maaf dan membungkuk, tapi Jennie.

Jennie lalu membalikkan tubuh Jisoo agar menghadap dirinya.

"Kamu bisa saja terjatuh jika jalanmu seperti tadi!" Ujar Jennie setelah gadis itu pergi. Sepertinya dia juga teman sebaya Jisoo atau seniornya? Entahlah.

"Bukan urusanmu!"

"Apa?" Bingung Jennie.

Hey? Sejak kapan Jisoo nya menjadi seperti ini?

"Yah? Ada apa denganmu?"

"Menyingkirlah! Aku meninggalkan temanku."

"Dia sudah pulang." Sahut Jennie sebelum Jisoo pergi.

Jennie mendengar jika Jisoo berdecak. Jennie ingin mengajak Jisoo membicarakan hal semalam, tapi kenapa gadisnya mengambil keputusan sepihak dengan mengacuhkan dirinya?

"Ayo berbicara denganku di taman."

"Aku sibuk." Jawabnya cepat.

Ia menghela nafas, "Kalau begitu berikan aku waktu 1 jam untuk berbicara."

Diamnya Jisoo membuat Jennie semakin bingung. "30 menit."

"15 menit. Hanya 15."

Gadis berseragam sekolah itu masih diam.

Jika biasanya Jisoo memiliki kosakata yang cukup banyak untuk membangun komunikasi bagi keduanya, berbeda dengan saat ini yang hanya diam dan enggan menatap manusia di depannya. Jennie kemudian menutup kedua matanya sembari menghela nafas berat.

"Arraseo. Aku akan pulang saja. Kamu berhati-hatilah saat pulang."

Tidak ada ciuman, atau bahkan sedikit senyuman dari Jennie. Kekasihnya mulai menaiki sepeda dan menjauh dari sekolah. Sebulir air mata menetes di pipi Jisoo. Mengapa menjadi seperti ini? Harusnya ia tidak menolak ajakan Jennie ke taman. Ia tau Jennie akan membicarakan mengenai permintaannya semalam, tapi apa ia egois melakukan itu? Dan sekarang ia menutup telinga dan mengacuhkan Jennie yang jelas-jelas tidak bersalah?

Apa Jisoo egois?

Apakah dirinya merasa bersalah sekarang?

Mianhae sayangku...

.
.
.

Jennie tidak langsung pulang, ia lebih dulu mengendarai sepeda tuanya mengelilingi kota Seoul dan berakhir di sungai Han. Ia mendudukkan diri disana dan meluruskan kakinya yang terasa lelah karena terlalu lama mengayuh sepedanya.

Ia menutup kedua matanya, menikmati terpaan angin sejuk yang berhembus. Untungnya Ia membawa kupluk hitam kesayangannya, jadi telinganya tidak begitu terasa dingin.

Krekk..

Sepertinya ada yang duduk di sampingnya, namun Ia memilih tidak peduli dan tetap memejamkan mata.

Mencoba tidak ingin peduli, namun ada ketukan kecil di tangannya. Mau tak mau, mata kucingnya pun harus ia buka untuk melihat siapa yang mengganggu waktu galaunya.

"Apa aku mengganggu? Boleh kah aku duduk disini?"

Tak ingin ambil pusing, Jennie hanya menggeleng lalu mengangguk sesuai pertanyaan orang itu padanya.

"Khamsahamnida."

"Boleh aku bercerita padamu?"

Jennie pikir keduanya akan diam saja menikmati apa yang mereka inginkan, tapi ternyata orang itu kembali membuka suara untuknya. Sejujurnya Jennie tidak begitu tertarik, namun sepertinya orang itu sangat membutuhkan tempat untuk bercerita.

Anggukan pelan Jennie berhasil menciptakan ulasan senyum tipis dari orang itu.

"Aku... Kehilangan 2 orang sekaligus saat berusia tujuh tahun. Mereka pergi dan kemungkinan tidak akan kembali. Tapi, entah mengapa hati kecilku selalu berujar dan seolah meyakinkan bahwa mereka itu akan kembali."

"Eum.. Apa aku boleh tau siapa mereka?"

"Kakak dan juga seseorang yang saat itu selalu menemaniku."

Ingin sekali Jennie bertanya alasan mereka meninggalkan orang disampingnya ini. Tapi, sepertinya itu terlalu lancang baginya yang notabene-nya orang asing.

Jennie pun tidak tau harus berkomentar seperti apa. Yang ia lakukan adalah mengusap bahu orang itu pelan sembari meyakinkan jika memang takdir maka semua itu bisa terjadi, entah kembali atau tidak, dia harus selalu berdo'a kepada Tuhan.

"Khamsahamnida. Aku malah merepotkan dirimu dengan mendengarkan ceritaku yang tidak penting." Jelasnya sembari mengusap air mata.

"Aniya. Memang terkadang semuanya tidak boleh kita pendam sendiri, karena kekuatan manusia itu ada batasnya."

"Khamsahamnida. Aku akan pergi dulu. Anyeong!"

Sepeninggal orang itu, Jennie tidak langsung mengalihkan tatapannya. Ia masih setia menatap kepergian orang itu. Jalannya tidak terlihat lunglai, tegas dan seolah orang itu baik-baik saja.

"Dia berhasil bertahan."

.
.
.








Kira-kira putus apa enggak ya mereka berdua???


Rela nggak Jensoo putus???



5 kata untuk part ini <3




Terimakasih buat yang udah vote sama komen. Sehat selalu dan selalu bahagia menjalani harinya ✨





Jangan lupa mampir di PEACHES yang barusan UP!!! 🤓

Cute and Hot GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang