Mengantar bekal makan siang untuk anak-anak kali ini, harus bertaruh mental juga emosi. Pasalnya aku harus bertemu ibu-ibu julid melihatku sambil berbisik-bisik. Apa sih, segitu mengusik mereka masalah rumah tanggaku.Sebelum berangkat, aku sempat mendapat chat tagihan hutang online suamiku lagi. Apa-apaan, kenapa muncul lagi dan lagi. Tak mau berpikir panjang, kakiku langkahkan ke arah kantor TU sekolah. Urusan anakku lebih penting dari pada utang suamiku yang tak jelas untuk apa.
Pembayaran biaya study tour Rako sebanyak satu koma lima juta, lunas aku bayar. Segera beralih ke meja guru piket untuk meletakkan kotak makan siang anak-anak.
Lagi, aku mendengar kasak kusuk beberapa wali murid berbisik tentangku. Ah, masa bodo. Walau mengganggu, tapi aku biarkan saja. Mulut mereka lebih seram dari pada hewan buas.
"Permisi," kataku saat menerobos kerumunan ibu-ibu yang berdiri di dekat pintu meja guru piket.
"Oh, iya, Mama Rako, silakan," sahut salah seorajg dari mereka. Aku berjalan dengan tetap mendongakkan kepala, belaga angkuh dan sombong, biarin. Terlalu kesal dengan mereka.
Mau pulang tanggung, aku memutuskan makan siang di cafe yang ada diseberang sekolah. Karena letak sekolah tepat di pinggir jalan raya dan terkenal, jadilah disekitar sekolah banyak tempat makan enak.
Aku duduk setelah memesan nasi goreng chicken katsu dan es lemon tea. Lima puluh ribu kugelontorkan untuk jajan. Biar, aku punya uang lebih.
Sedang asik duduk menungu pesanan, aku mendapati suami adik iparku berjalan bersama beberapa teman pria dan ada wanita juga mengarah ke cafe yang aku sambangi. Segera aku pindah posisi duduk membelakangi pintu, berdoa dia tidak sadar dengan keberadaanku.
Benar saja, mereka duduk tepat di belakangku. Pesananku datang, aku menyantap sambil menguping obrolan mereka.
"Serius gue menang banyak," kata iparku.
"Pasang berapa? Gila lo, sekarang mainnya nggak kira-kira."
"Nggak banyak, start sepuluh, lah. Menangnya dapat gede lagi. Banyak juga mahasiswa yang pada main. Apalagi Kakak ipar gue, kacau tuh orang," kekeh iparku.
Betul, kan, ada yang aneh gelagat suamiku. Semakin aku menguping, semakin degup jantungku tak karuan. Pantas utang onlinenya menumpuk. Ini sumbernya, tapi apa keluarga lainnya tau?
***
Aku tidak bisa menunda lagi. Kecurigaanku terjawab sendiri. Mau tak mau Mas Adam harus terbuka denganku semuanya tanpa ada yang ditutupi. Kasihan anak-anak.
Rako dan Kikan sudah tidur. Perut suamiku sudah kenyang, saatnya bicara. "Mas Adam," panggilku. Ia menghampiri. "Lihat HP kamu." Tanganku terulur ke arahnya.
"Mau apa?"
"Pinjem aja sebentar," kataku lagi. Masih dengan posisi tangan ke arahnya.
Mas Adam memberikan ketanganku, segera aku mengecek. Semua tampak biasa, tak ada yabg aneh, lalu aku masuk ke email dan semua bersih.
Hm, aku rasa hal ini sudah bisa ditebak Mas Adam jika suatu hari akan diperiksa olehku. Kembali ku berikan ponselnya. Ia menatap datar. "Kamu curiga apa?" tukasnya sembari terus menatap.
"Nggak ada," kilahku.
"Jangan curiga ke aku. Aku tau udah salah sampai bikin kita bangkrut, tapi apa kamu--"
"Setiap kebohongan, serapat apapun disimpan pasti akan terbongkar," selaku dengan tatapan tajam. Mas Adam tersenyum sinis. Ia terlihat meremehkan kecurigaanku. Oke, sekarang aku tidak ada bukti, tapi yakin suatu hari nanti pasti akan terbongkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak kebohongan Suami ✔ (Sudah TAMAT di KBM Atau KARYAKARSA)
RandomHutang bertumpuk, masalah lain muncul dari orang tua, keluarga juga sanak saudara. Apa yang harus aku lakukan? Mentalku semakin diuji karena suamiku ternyata menyembunyikan banyak kebohongan dalam rumah tangga kami. Apa yang terjadi? Kenapa begini...