Rasanya begitu hampa, Mas Adam menyembunyikan pernikahannya keduanya begitu rapat. Pantas gelagatnya semakin ke sini semakin tak terbaca dan banyak perubahan yang terjadi. Seperti sekarang, sudah satu minggu ia tak pulang dengan alasan dinas. Ya, silakan saja mau sampai kapan ia bertahan menutupi semuanya.
Gaji pun tak ia berikan lagi kepadaku, bahkan saat aku minta untuk biaya sekolah anak-anak. Hingga akhirnya Mas Sukmo yang mengcover itu semua, tentunya atas persetujuan istrinya. Aku tak mau nanti jadi PR lagi, takut kalau istri Mas Sukmo kurang berkenan.
Hari sabtu, belum jam sebelas kue jualanku sudah habis. Anak-anak tetap ikut aku, mereka semangat dan tidak mau ditinggal di rumah. Beberapa bulan ini berjualan, pedagang lain mulai bertanya-bertanya. Kemana suamiku? Mengapa sejak awal jualan tidak sekalipun muncul.
Jawabku selalu sama dari waktu ke waktu, ia sibuk bekerja dan sering dinas.
"Bu, udah mau habis, ya." Rako sumringah sambil menatap wadah kue yang mulai kosong.
"Iya. Kamu mau makan siang apa?" tanyaku.
Rako menoleh ke Kikan yang duduk beralaskan tikar lipat.
"Bu, boleh makan di M**?" tanyanya.
"Boleh. Habis ini kita ke sana ya." Wajah Kikan juga Rako berseri-seri. Keuntungan dagang aku keluarkan seratus ribu untuk menuruti keinginan anak-anak.
"Permisi, kuenya berapaan, ya?" tanya seorang pembeli.
"Tiga ribuan, kalau yang ini empat ribu karena isinya ada smoke beefnya," jawabku.
"Boleh, deh." Pembeli itu menunjuk ke beberapa kue. Lalu ia diam sejenak. "Sisa ini semua, ya?"
"Iya, Pak."
"Saya borong aja kalau begitu, ya, berapa jadinya?" Pria itu mengeluarkan dompet. Aku masukkan ke dalam plastik.
"Lima puluh ribu, Pak," kataku. Ia mengangguk lalu memberikan uang seratus ribu. Saat akan memberikan kembalian, ia menolak dan berjalan ke arah mobilnya terparkir. Aku mengejar, tak mau menerima begitu saja.
"Untuk anak-anak Ibu, ya," katanya. Aku hanya bisa diam menatap ia pergi dengan mobilnya. Rako dan Kikan tersenyum. Aku memasukkan ke dalam tas selempang lalu mengusap kepala anak-anak.
"Ayo beberes, terus kita makan," kataku yang disambut cengiran anak-anak.
***
"Ibu kenapa nggak makan juga? Nggak cukup uangnya ya?" Rako menatapku saat ia menyantap lahap burger, kentang dan ayam sayap kesukaannya. Kikan menyodorkan burger miliknya ke arahku.
"Buat kalian aja, Ibu masih kenyang. Ayo makan, enak kan?" Senyumku mengembang. Kikan melirik ke Rako, lalu keduanya mengarahkan potongan kentang ke bibirku.
"Makan bareng, Ibu," cicit Kikan. Aku menerima suapan lalu tersenyum.
"Habiskan untuk kalian. Ibu kenyang." Aku mencubit pelan kedua pipi Rako juga Kikan yang tertawa.
Tak tega melihat anak-anak yang berjuang bersamaku, sekedar membelikan makanan yang mereka mau tak masalah rasanya walau aku tidak makan.
Ponsel ku arahkan ke anak-anak, mereka tampak sedikit hitam karena panas-panasan menemaniku dagang walau ada tenda, pantulan suhu panasnya tetap saja membuat kulit jadi gelap.
Selesai makan kami pulang, berboncengan sepeda motor bertiga sambil bercanda tawa dengan mereka. Tiba di lampu merah, aku menoleh ke kiri, mobil alphart hitam dengan penumpang yang dari bayangannya aku tau itu Mas Adam. Di sampingnya duduk istri mudanya yang dari siluetnya berambut panjang juga cantik.
Jantungku berdebar, apalagi saat kaca mobil terbuka untuk memberikan uang ke pengamen di lampu merah. Dari kaca spion kiri aku melihat anak-anak menoleh ke kiri sambil menunjuk ke satu tempat penjual es krim terkenal. Perlahan kepalaku arahkan ke kanan, tepat Mas Adam juga menatapku dan ia terkejut bukan main. Pura-pura tidak tau dan kenal, segera aku mendongak menatap lampu yang berubah ....
____
Untuk lanjut baca bab ini, bisa teman-teman pilih antara di KBM atau Karyakarsa, ya.
Di Karyakarsa double 2 bab dengan harga Rp 2000,-. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih untuk teman² yang mau buka gembok, terima kasih sekali pokoknya 🙏😊.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak kebohongan Suami ✔ (Sudah TAMAT di KBM Atau KARYAKARSA)
RandomHutang bertumpuk, masalah lain muncul dari orang tua, keluarga juga sanak saudara. Apa yang harus aku lakukan? Mentalku semakin diuji karena suamiku ternyata menyembunyikan banyak kebohongan dalam rumah tangga kami. Apa yang terjadi? Kenapa begini...