Part 15 : Pesan Peringatan 🔞

267 6 1
                                    

"Kamu sudah melanggar perjanjian!"

"Oh, ya?" Satu alis Melvano terangkat ke atas. Menatap dengan ragu sesosok pemuda yang baru saja datang dan mengintimidasinya. "Coba kasih tahu, di mana letak kesalahan gue," ujarnya menuntut.

Keano, pemuda itu membelalak tak percaya dengan penuturan yang diberikan oleh sang adik. "Kamu enggak sadar? Kamu sudah menyalahgunakan kekuatan yang kamu miliki!" sentak pemuda itu sedikit emosi.

Seorang gadis masih dalam dekapannya dengan posisi menyangga kepala hingga punggung.

"Kamu lupa sama aturan yang dibuat Raja dan Ratu bangsa mermaid?"

Melvano menggeleng. Dengan percaya diri berkata, "Bangsa mermaid dilarang menggunakan kekuatannya secara sembarangan pada makhluk lemah seperti manusia, kecuali kalau keselamatannya terancam."

Kini, giliran Keano yang menaikkan satu alisnya. "Lalu, kenapa kamu melanggar aturan yang jelas-jelas susah kamu tahu?"

"Gue enggak langgar. Gue cuma mencoba menyelamatkan bangsa kita," elak Melvano.

Kedua alis Keano saling menekuk. "Maksud kamu?"

Melvano menghela napas lelah karena hal tersebut. "Sudahlah, lebih baik cepat gunakan kekuatan lo buat hapus ingatan gadis itu," titah Melvano seraya menunjuk Rani yang ada dalam dekapan Keano.

Keano melirik sejenak gadis itu, mengikuti arah telunjuk Melvano. Sebelum kembali menatap sang adik penuh protes.

"Tidak akan!" tegasnya penuh penekanan.

"Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu sebelum tahu penyebab kenapa aku harus melakukannya. Jadi, kumohon jawab pertanyaanku!"

Raut wajah Melvano seketika berubah datar. Kakaknya ini terlalu kritis dalam mengambil keputusan. Ah, tepatnya keras kepala.

"Keberadaan Princess Mermaid hampir diketahui dunia," kata Melvano kemudian.

Keano berhasil dibuat tercengang dan terlonjak kaget di waktu yang bersamaan. Dia mengerjapkan mata tak percaya.

"Princess mermaid?" gumamnya.

"Gleid?!" serunya kemudian. Tak lupa bola mata yang membeliak sempurna.

Melvano melengoskan pandangan melihat ekspresi lebay sang kakak. Ekspresi yang menurutnya terlalu berlebihan.

"Ya. Dia hampir ketahuan saat sedang mencoba kekuatannya oleh gadis yang lo dekap itu," tutur Melvano dingin.

Pandangan Keano kembali turun menatap gadis itu. Cukup lama memandanginya lamat, sebelum membuat keputusan. Menghela napas dan menyakinkan diri bahwa apa yang hendak dilakukannya itu adalah yang terbaik, kemudian menjalankan aksi.

Mulut Keano tampak sedang merapal mantra dengan bibir berkomat-kamit tak jelas.

Satu sudut bibir Melvano berkedut kecil melihat itu. Senyum tipisnya nyaris terlihat.

***

Gleid merenung dalam kamar. Segala keanehan mulai terjadi padanya akhir-akhir ini setelah berubah wujud menjadi sosok mermaid. Sosok yang didambakan sejak dulu. Bukan Gleid tidak senang karena salah satu impiannya---yang terdengar mustahil---sudah tercapai. Hanya saja beberapa hal membuatnya tak karuan.

Mulai dari mimpi yang terus didatangi oleh Ratu Kerajaan bawah laut. Yang mana Sang Ratu mengajaknya untuk tinggal menatap di sana karena Gleid akan diangkat menjadi princess mermaid.

Lalu kemarin tiba-tiba mendapat kekuatan super.

Dari semua itu, ada yang lebih aneh lagi. Sepulang sekolah tadi, sebuah nomor tak dikenal mengirim pesan pada Gleid. Kira-kira seperti ini tulisnya, "Hati-hati! Jangan sesekali nekat memperlihatkan wujud asli lo di depan umum, atau keberadaan bangsa mermaid akan diketahui!"

Gleid sempat bermasa bodoh. Dengan santai mengabaikan pesan tersebut. Dalam pikirannya saat itu, mungkin hanya orang iseng yang mencoba mengerjainya.

Namun ketika sampai ke rumah dan membaca ulang pesan tersebut, barulah Gleid merasakan kejanggalan. Gleid membaca kata per kata isi pesannya dengan teliti.

Kata bangsa mermaid berhasil mencuri perhatian Gleid. Jelas pesan itu adalah sebuah peringatan, tepatnya nasehat untuknya. Dan si pengirim, tentu saja bukan orang sembarangan. Contohnya, Rintan. Hanya gadis itu yang mengetahui keberadaan Gleid sebagai bagian dari bangsa mermaid.

Gleid menjentikkan jarinya. "Ah, ya! Mungkin saja itu Rintan!" serunya heboh.

Langsung saja mengambil handphone dan menghubungi nomor seseorang yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil itu.

"Halo, Gleid. Ada apa?" Suara yang tumben sekali terdengar lembut menyapa telinga Gleid.

Gleid sampai meremang. Serasa dia sedang berbicara bukan dengan Rintan, sosok sahabatnya.

Lama Gleid terdiam. Terlena dalam pikirannya sendiri. Hingga panggilan berkali-kali dari seberang sana yang entah sudah berapa kali terabaikan, menarik Gleid dari alam bawah sadarnya.

Gleid meminta maaf karena sempat mengabaikan Rintan. Hanya hela napas panjang yang terdengar dari lawan bicara.

"Rin, kamu ada nomor baru?" Gleid tidak langsung pada intinya.

"Hah? Nomor baru?" Gleid tebak kerutan bingung bermunculan di dahi Rintan. Kini, mulutnya ternganga lebar.

"Enggak. Sejak kapan gue ada ganti nomor." Terdengar jawaban sewot dari Rintan. Nah, ini baru sifat asli dari sahabatnya yang Gleid kenal.

Gleid termenung sejenak. Kalau bukan Rintan, lantas siapa lagi?

Pertanyaan itu terus menggerayangi pikiran Gleid hingga tak sadar bahwa kini masih bertelepon dengan Rintan. Lagi dan lagi beberapa kali mengabaikan panggilan sang sahabat dari seberang sana.

"Ada apa sih, Gleid? Kok, tiba-tiba aneh tanya kayak gitu."

"Ah, eng-enggak kok. Itu tadi, ada yang kirim pesan iseng. Aku kiranya kamu," jawab Gleid terdengar terbata-bata.

"Ya udah, aku tutup dulu, ya, telponnya," kata Gleid lagi sebelum Rintan menanyakan lebih jauh tetang hal yang baru saja diberitahunya.

Gleid menghembuskan napas gusar setelah sambungan telepon terputus. Pada akhirnya, dia memilih untuk menutup mulut dari hal yang satu ini dari sahabatnya. Untuk sementara waktu.

Gleid tidak ingin Rintan terbebani dengan masalah yang perlahan tercipta akibat dirinya yang hidup di dua dunia.

Masih dengan pertanyaan yang sama terus mengganggu pikiran. Lalu, siapa si pengirim pesan peringatan itu?

Apa sebenarnya ada orang lain yang mengetahui keberadaan Gleid sebagai makhluk dua dunia?

Gleid membulatkan bola matanya. Gawat! Hal tersebut tidak boleh dibiarkan terjadi.

***

Dua Dunia (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang