Pria itu benar-benar membuatku memikirkannya selama berhari-hari. Sikapnya itu sungguh membingungkan bagiku, tapi dia masih saja mengelak dan tidak mau menjelaskannya. Apa dia sengaja membuatku salah tingkah? Dan apa dia sengaja berperilaku seperti itu supaya aku kepikiran lalu berujung suka padanya?
Sial! Apa aku akhirnya beneran suka padanya?
"(Name) senpai?"
Aku terkesiap dan menoleh, mendapati Satoshi yang menatapku dengan heran.
"Kau baik-baik saja? Sedari tadi kau melamun. Ah apakah karena pernyataanku kemarin?" tanyanya yang bisa aku tangkap kegusaran darinya.
Dengan cepat aku menggeleng, "Enggak kok."
Dia menatapku lagi. Jujur, Satoshi tipe pria yang lucu dimataku, seperti seekor kucing kecil yang malu-malu.
"Aku akan sabar menunggu jawabanmu, senpai," tuturnya tersenyum.
***
"Kemana lagi tuh jamet Apa aku telfon aja?" gumamku.
Aku menghela napas pelan, pemandangan jalanan kota yang ramai pada malam ini menarik perhatianku, jalanannya cukup sepi padahal baru jam 7 malam. Sial, punggungku sakit akibat kelamaan duduk. Tak lama aku melihat pantulan bayangan seseorang dari kaca kantor yang sedari tadi ingin aku temui.
"Kuro-san." Aku membalikkan badan, dia menghampiriku dengan kertas di tangannya.
"Tadi ngechat ya? Maaf tadi gue gak pegang hp."
"Oh iya, selow aja," jawabku kembali menatap ke arah jalanan.
Kulirik dirinya sejenak, sempat terpaku pada penampilannya yang entah mengapa terlihat sexy. Sialnya jantungku mulai berdegub cepat, semoga saja dia tidak mendengarnya karena lorong kantor sangat sepi.
"Lo mau ngomong apa?" Suaranya membuatku tersentak. Dengan cepat aku berdekhem dan dengan susah payah menelan salivaku.
Tidak ada waktu lagi, aku harus memastikan hal ini padanya sekarang.
"Kuro-san." Aku memberi jeda sejenak.
"Jujur gue bingung dengan sikap lo yang seakan tertarik dengan gue. Sikap lo itu meninggalkan tanda tanya besar di pikiran gue. Apa lo sedang membuat gue suka sama lo? Atau emang lo memperlakukan semua wanita seperti ini?"
Kesambet apa gue bisa ngomong begini, batinku berkecamuk.
Aku membuang muka, perasaan malu, panik, ah campur aduk, rasanya ingin kabur aja.
Aku harus tenang, batinku.
"Gue tanya ke lo dengan serius," ucapku memberanikan diri menatap matanya.
Sial, nampaknya dia biasa saja. Ekspresi wajahnya tidak terkejut sama sekali.
"Lo suka sama gue?"
Ekspresi wajahnya tidak berubah, aku semakin curiga dia hanya main-main.
"Jawab," tuntutku padanya.
Kulihat dirinya menghela napas pelan.
"Pertanyaan lo itu kurang tepat. Harusnya 'Apa lo cinta sama gue?' begitu," ucapnya yang membuatku bingung.
"Oke oke. Jadi lo cinta sama gue?"
"Enggak," jawabnya cepat dengan terkekeh pelan.
Mendengarnya membuatku kesal, pria ini gak bisa diajak serius. Bodohnya aku malah mengikutinya.
"Cih. Sudahlah lupakan," tukasku berdecak kesal, buang-buang waktu saja.
Kurasakan sebuah tangan menarik tubuhku yang akan hendak pergi. Kejadian ini begitu cepat hingga aku tidak sempat mengelak. Pria ini mendorongku ke kaca besar dan mengunci tubuhku.
Cupp
Apa-apaan posisi ini? Aku tidak bisa bergerak. Dia menahan wajahku. Dia ... menciumku.
***
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Kuroo Tetsuro X Reader
Fanfic(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Kuroo Tetsuro x Reader-