"Ku-ro."
Tangan wanita itu mendorong tubuh Kuro yang terus menekannya, namun apa daya tubuh kecilnya tidak bisa berkutik dalam rengkuhan pria itu. Kuro tak menghiraukan (Name) yang sedari tadi meminta untuk dilepaskan, pria itu malah sibuk bermain lidah. Wanita itu kesulitan mengikuti permainan Kuro yang menggebu-gebu, dia sempat terpikirkan, pada saat ciuman saja sudah membuatnya pasrah, bagaimana permainannya di atas kasur?
Tak lama Kuro menyudahi ciumannya dan menatap (Name) yang terengah-engah, hal itu membuat Kuro tersenyum puas. Tangannya terulur untuk menghapus jejaknya dipinggiran bibir (Name) yang basah.
"Berantakan banget," ucapnya.
"Gara-gara lo," timpal (Name) yang masih terengah.
Kuro mendapati tangan (Name) yang masih berada di dadanya, "Mulai berani raba-raba nih?" godanya.
(Name) mendengus kesal dan langsung memukul dada Kuro, "Berisik. Lepasin," tangannya memukul lengan Kuro yang menguncinya.
Pria itu terkekeh pelan, matanya tak lepas dari (Name), seperti menunggu sesuatu dari wanita itu. (Name) menghela napas pelan, dia berusaha menenangkan jantungnya yang masih berdegub cepat, seketika rasa canggung menguasai. Tentu saja canggung, biasanya mereka tidak akur, namun sekarang malah saling suka.
"Setelah ini apa?" tanya Kuro tak mengalihkan pandangannya dari (Name).
Wanita itu berdekhem, "Lo maunya apa?"
"Nikah yuk, biar ibumu gak menjodohkan lagi," ucap Kuro santai dengan tersenyum miring.
(Name) terbelalak, mulutnya terbuka sedikit saking terkejutnya, "Aku-kamu?" gumamnya.
"Kenapa? Kita pacaran kan? Jangan kaget gitu dong, baru aku-kamu, belum aku panggil 'sayang.'"
"Sa-yang?" gumam (Name) pelan. Dia masih tidak percaya.
Kuro tertawa pelan, "Nanti pulang kerja bareng ya, aku anter. Jangan kabur," tutur Kuro mengusap rambut (Name) dan pergi begitu saja.
(Name) bersandar pada kaca, dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Benarkah dirinya dan Kuro sekarang sepasang kekasih? Tangannya menyentuh permukaan bibirnya. Permainan pria itu masih membekas diingatannya.
"Gue udah gila kayaknya," gumamnya mencubit pipinya hingga ia meringis kesakitan.
***
"Kok diem aja?" tanya Kuro yang melihati (Name) di sampingnya. Kini keduanya berada di dalam mobil milik Kuro.
(Name) masih tidak terbiasa dengan perubahan sikap Kuro yang menjadi lembut kepadanya. Pria itu menunjukkan sisi lembut dan gentleman-nya.
"Gue masih ngerasa aneh," tutur (Name) melirik Kuro. "Kok lo gak canggung sama gue?"
"Karena aku udah mempersiapkan diri kalau hal ini akan terjadi."
"Jadi lo udah memprediksi kalau kita bakal pacaran?"
Kuro mengangguk dengan senyuman merekah. (Name) mendengus pelan, ternyata dia sudah masuk ke dalam perangkap pria ini.
"Sayang sekali padahal Satoshi pria yang lucu," gumam (Name) membuat Kuro mengerutkan dahinya.
"Lalu?"
"Dia menyatakan perasaannya dan menunggu jawaban gue. Haruskah gue bilang 'yes' padanya?" ujar (Name) menoleh menatap Kuro.
Kuro mendengus sembari menyetir, "Kau mau selingkuh rupanya."
"Lah, kan gue gak punya pacar."
Kuro terdiam sejenak, kemudian tertawa. (Name) kebingungan ketika pria itu menepikan mobilnya dan berhenti.
"Kok berhenti?" tanya (Name) menatap Kuro.
Pria itu menoleh, menatap (Name) dengan senyuman miring di wajahnya.
"Aku bisa membuatmu menyesal ngomong begitu. Mau aku cium sampai lemas? Atau kita booking hotel sekarang?"
Mendengarnya membuat (Name) terserang panik.
"Tinggal pilih."
"Ber-canda s-sumpah." (Name) menangkup kedua tangannya seperti memohon. "Bercanda Kuro."
Kuro menghela napas pelan, "Mulai sekarang panggil Tetsuro."
"Ok ok," tukas (Name) cepat. "Gue juga bakal nolak Satoshi, bercanda doang tadi. Serius amat."
Kuro masih menatapnya dalam diam, tentu saja membuat (Name) canggung.
"Cepet jalanin mobilnya, udah semakin larut," timpal (Name) pada Kuro yang tanpa berbicara apapun langsung melajukan kembali mobilnya.
***
See you next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Become His Wife? | Kuroo Tetsuro X Reader
Fiksi Penggemar(Full name) kini sudah memiliki marga baru? Ini bukan mimpi, kan? -Kuroo Tetsuro x Reader-