Bagian 3

41 23 79
                                    

3. Aku, Kamu dan Bandung

 Aku, Kamu dan Bandung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Mentari pagi sudah menampakkan wujudnya, walau malu-malu cahayanya sudah menyelinap di antara celah ventilasi jendela pemilik kamar yang sedari tadi alarmnya terus berdering.

Dengan mata yang masih terpejam, tangannya sibuk meraba nakas di sampingnya.

Suka-suka nyanyi di ping—

Meraih benda kotak itu, pria berbaju coklat dengan rambut berantakan itu bangun dari tidurnya. Tangannya mengucek mata, pukul 05.56.

Gery melirik sekitar, ruangan ini tampak terlalu asing, dia berdecak.

Pantas Mami tidak membangunkannya. Kakinya menyapa lantai, dingin terasa menjalajar ke syaraf tubuhnya. Tidak pernah ia rasa sedingin ini. Mematikan lampu dan juga AC. Langkah kakinya kini membuka jendela.

Udara Bandung.

Gery memejamkan matanya, menikmati dinginnya pagi dicampur sapaan hangat mentari yang begitu menusuk.

Dari jendela kamarnya terlihat lampu kamar Jessika masih menyala. Gery mendengus, apakah bocah itu belum bangun.

Buru-buru Gery menggosok gigi dan mencuci mukanya, tidak perlu mandi karena Gery berniat untuk lari pagi hari ini.

Ponselnya sedari tadi terus berdering, menandakan panggilan masuk. Gery berdecak malas, astaga Maminya.

"Oh kamu udah bangun rupanya. Mami kira belum."

"Ya pagi juga, Mam," sindir Gery yang dibalas gelak tawa dari ujung sana.

"Selamat pagi anak Mami yang paling tampan, mengalahkan ayah tirinya yaitu Lee Min Ho."

"Mulai deh," decak Gery, "kenapa mam?"

"Enggak apa-apa sih, Mami cuma mau bangunin aja."

Gery mendengus. "Udah bangun."

"Iya, bagus deh. Mami ke sananya minggu depan ya, ganteng. Masih ada kerjaan nih gak bisa ditinggal."

"Ya."

"Mami udah transfer buat beli keperluan kampus. Kalo buat keperluan sehari-hari kamu cari job aja ya. Inget perjanjian kemaren loh, teng."

"Iya," sahut Gery malas, ah perjanjian itu. "oh iya anterin motor dong, mam. Butuh banget nih."

"Oke teng, nanti dianterin mang Ujang ya."

"Oke, udah ya? Aku mau lari."

"Udara Bandung bagus ya bisa bikin kamu waras. Jangan lupa pake jaket, terus sarapan. Nant—"

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang