Bagian 14

23 15 40
                                    

14. Sebuah Roda

 Sebuah Roda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⏮️⏸️⏭️


Sejak dulu Nino selalu enggan untuk mengenal cinta. Tidak ada yang menarik di kehidupannya selama sembilan belas tahun hidupnya. Pindah ke Garut beberapa tahun silam juga sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Puncak dari pertengkaran orang tuanya yang berakhir saling membunuh, masih terekam jelas di dalam otaknya.

Sepasang suami-istri saja bisa bertengkar, kemana kata cinta yang selalu mereka agungkan?

Nino tahu tidak semua cinta berakhir tragis. Maka dari itu, berada di Bandung kali ini dia ingin mencoba mengenal cinta.

Di dalam kamarnya, dia menatap topi dan beberapa potong baju yang baru dia beli bersama Jessika kemarin. Menelengkupkan kepalanya di atas meja, bagaimana bisa dia lupa janjinya pada Salwa. Dia... ingin mengenal cinta dengan Salwa.

Selain itu, dalam hati dia kembali berpikir keras. Berapa banyak lembar uang yang dia habiskan untuk berbelanja di mall, tuhan...

Sejujurnya saat sore tadi Jessika meminta tolong kepadanya, dia memang berniat ingin pergi keluar membeli makanan. Lalu, tak ada alasan untuk menolak permintaan Jessika, selain karena kebetulan, rasa kemanusiaan Nino lebih tinggi dari itu.

Tak jadi membeli makanan dia malah membeli topi, dan pernak-pernik ospek lainnya.

Rasanya pilihan yang dia ambil agak sedikit ceroboh. Dia kehilangan kesempatan juga kehilangan banyak lembaran uang.

Anggaplah Nino perhitungan, tapi memang begitu adanya. Dia sudah membuat rancangan keuangannya selama beberapa bulan ke depan. Paling tidak dia tidak akan membeli barang di mall yang sudah pasti terbilang mahal.

•••

Sudah lima belas menit lamanya sejak Lina menginggalkan kosan, beliau tidak berniat untuk menginap jadi memutuskan untuk segera pulang sebelum langit malam bertambah gelap.

Di ruang tamu, Gery duduk berdampingan dengan Jessika yang sedang asik bermain ponsel. Jessika tadi sempat bertegur sapa dengan Lina dan berbicara tentang beberapa hal.

"Je," panggil Gery memecah keheningan malam itu.

"Hm," gumam Jessika tanpa mengalihkan padangannya dari ponsel genggam.

"Maaf. Tadi lupa jemput, gue ketiduran."

Jessika menatap tajam Gery, ah dia teringat kejadian sore tadi. "Tau gak sih gue nunggu berapa lama, Ge?"

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang