Bagian 15

26 12 31
                                    

15. Rencana Liburan

 Rencana Liburan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


⏮️⏸️⏭️


"Nunggu lama?"

Salwa yang sedang menikmati pemandangan interior kantor berdinding biru polos tersentak. Lalu menggeleng dan mempersilahkan Radit duduk di sebelahnya.

"Sorry ya dek, tadi tiba-tiba ada masalah dikit. Nih!" Radit memberikan segelas hot chocolate yang langsung diterima oleh Salwa.

"Gak apa-apa kok, bang."

Radit mengangguk lalu meminum white coffee seteguk. "Jadi ada masalah?"

Salwa berpikir sejenak. "Enggak sih, cuma agak bingung aja harus diapain itu Saluse."

"Itu ada masalah namanya," koreksi Radit, Salwa hanya tertawa kecil. "Ya di pertahanin. Sekarang udah ada yang ngisi juga kan?"

"Iya, tapi belum penuh. Aku mau sampe penuh sih biar dapet bonus dari ayah."

"Kalo gitu promosi. Coba kamu tawarin ke temen-temen kamu siapa tau ada yang masih nyari tempat tinggal?"

"Masuk juga belum. Senin nanti baru ospek."

"Kalo gitu promosi lewat jalur lain, media sosial misalnya. Kamu post deh tuh misal di Instagram, tiktok foto atau video yang aesthetic gitu. Coba deh kamu bikin dulu kata-kata promosinya nanti abang koreksi. Kamukan jago nulis tuh!"

Salwa mendelik tajam mendengar pernyataan di akhir kalimat Radit. "Sok tau!!"

Radit menyeringai, sambil menikmati kopinya.

"Ada cara lain selain promosi ke sosmed gak sih?"

"Ada aja kalo temen kamu banyak yang gak punya tempat tinggal. Masalahnya emang kamu punya temen?"

"Ish!" Ingin rasanya Salwa mendorong orang di sampingnya ini, namun Radit sudah terlebih dahulu menghindar.

"Bang Radit emang gak sibuk nih?"

"Ada lah waktu 30 menit. Makanya coba dulu tulis."

Salwa mengangguk, dia sudah menyiapkan notebook dan pena lalu mulai menulis. Sebenarnya Radit sudah dia anggap sebagai kakaknya sendiri. Radit sudah lama tinggal di Saluse, sejak dia kuliah sampai sekarang sudah bekerja. Jadi, Salwa tidak segan untuk meminta tolong kepadanya.

"Naufal tuh bocah apa kabar?"

"Baik," balas Salwa malas.

"Jangan gitu." Radit tertawa. "Gitu-gitu dia kan—."

"Permisi pak Radit, mohon maaf jika menganggu. Pak Radit di panggil Pak Reno untuk segera ke ruangannya."

Radit dan Salwa sontak menoleh ke arah perempuan yang memberikan informasi tersebut.

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang