Bagian 5

32 21 18
                                    

5. Sebuah Progress

 Sebuah Progress

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

Jessika mengoleskan lipstik merah dengan merek ternama pada bibirnya, merapikan rambutnya agar sedikit bergelombang dan memakai dress terbaru yang diberikan ayahnya.

Semalaman penuh dia sudah memikirkan ini, sampai dibertanya kepada kakeknya—google—dan kata kakeknya ini adalah rasanya jatuh cinta. Ah, dia benar-benar tidak percaya bisa jatuh kedalam pesona laki-laki berhoodie abu-abu itu.

Dan atas saran kakeknya juga, Jessika akan melakukan ini. Dia akan mencari perhatian si doi. Jessika memastikan penampilannya pada kaca full body.

"Perfect, pasti doi langsung naksir nih."

Jessika bersenandung menuju dapur kos. Sepertinya teh Miranda sudah berangkat kerja, oh dia sudah berkenalan kemarin.

Dari dapur Jessika melihat garasi, tidak ada motor Nino di sana, kemana laki-laki itu pergi. Mengesampingkan pertanyaannya, Jessika akan memulai eksperimen pagi ini.

•••

Seperti pagi sebelumnya, Nino menyusuri jalanan Bandung pagi dengan Vario merahnya. Namun kali ini berbeda tujuan, jika sebelumnya Nino mencari kosan maka pagi ini dia berniat mencari pekerjaan. Tentu masih banyak keperluan lainnya terlebih lagi setengah uang kiriman dari bibinya sudah untuk membayar kosan, sedangkan kuliah masih sekitar satu bulan lagi.

Nino menepi melihat pemilik kos dengan mobil yang sedikit berasap.

"Pak Rifki? Kenapa mobilnya pak?"

"Om gak tau nih, tiba-tiba ada asep gitu om langsung minggir."

Nino menggulung lengan kemejanya ia lantas memeriksa bagian depan mobil, dia sedikit tau masalah mesin.

"Kabelnya copot nih, om. Ini harus dibenerin ke bangkel, om udah panggil montir?"

"Iya sudah-sudah," sahut Rifki, "sudah jangan deket-deket mesin, nak. Kamu rapi gitu pakaian kamu kotor nanti."

Nino menurut, dia menjauh.

"Mau kemana kamu pake kemeja gitu?" tanya Rifki memberikan sekaleng minuman yang baru ia beli.

"Mau cari kerjaan om," jawab Nino, "makasih om."

"Kamu kuliah kan?"

"Masih sekitar satu bulan lagi kan om, sayang banget uangnya pasti keburu abis buat keperluan," sahut Nino.

Rifki mengangguk. "Om mau nawarin ngurus kosan, tapi kosan juga lagi sepi."

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang