Bagian 2

51 25 79
                                    

2. Rencana Pindah

 Rencana Pindah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

"Awa pulang!"

Rifki yang baru saja turun dari tangga lantai dua langsung menghampiri putrinya.

"Udah ketemu bahan-bahannya?"

Salwa tersenyum lalu mengangkat beberapa tas belanjaannya. "Udah dong."

"Yaudah, mandi dulu sana."

"Oke bos." Tanpa babibu Salwa setengah berlari menuju kamarnya di lantai dua.

"NANTI TURUN LAGI YA, WA!" perintah Rifki berteriak.

"IYAA!!"

Sesampainya di kamar dengan pintu yang bertuliskan 'Salwa Ginatri', Salwa langsung menaruh barang-barang belanjaannya. Tadi sore dia pergi ke toserba yang berada di pusat kota, walau terbilang cukup dekat tapi Salwa merasa sangat senang karena bisa menjelajahi kota Bandung sendirian.

Dia memisahkan beberapa barang belanjaannya. Ada baju baru, barang keperluan kuliah, makanan ringan, bahan-bahan kue, dan terakhir ada sepaket keperluan bayi untuk calon adiknya. Dia merasa excited akan mempunyai adik baru.

Menutup gorden, dia sedikit menyernyit. Dia seperti tidak pernah melihat sosok laki-laki yang terlihat seperti frustasi, terbukti laki-laki itu selalu memukul kepalanya.

Ingin berteriak, tapi Salwa segan karena ini sudah larut. Dia manusiakan?

Bergidik ngeri. Salwa dengan cepat mengambil handuk dan akan segera melakukan ritual mandinya. Dia baru teringat Ayahnya menyuruh untuk segera ke bawah.

Tak butuh waktu lama, asal tubuhnya sudah terguyur air Salwa rasa itu sudah cukup. Dia cukup menghindari mandi di malam hari, menurut bunda sih takut nanti rematik.

Dengan pakaian tidur Shinchan, Salwa keluar dari kamarnya dengan membawa bahan-bahan kue. Dia akan menyimpan itu terlebih dahulu ke dapur.

Suara orang yang sedang berkelahi menggunakan pedang terdengar jelas. Salwa menggelengkan kepalanya. Ayahnya pasti sedang menonton Raden Kian Santang.

"Berantem mulu sih dia? Gak mati-mati kayaknya," komentar Salwa.

"Gak bakal mati orang antagonis utama." Rifki mengecilkan volume televisi. "Duduk dulu sini," titah Rifki.

"Bunda mana?"

"Udah tidur, kecapekan dia. Kalo kamu laper itu di dapur masih ada ayam."

"Udah kenyang kok, tadi di jalan Awa mampir," sahut Salwa yang diangguki oleh Rifki.

"Ada apa, yah?"

"Udah ada kabar masuk kuliah kapan?"

"Kata Teh Cia sih sekitar pertengahan bulan depan."

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang