Bagian 4

35 21 25
                                    

4. Minimarket dan Jatuh Hati

 Minimarket dan Jatuh Hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Laki-laki berhoodie abu-abu keluar dari sebuah bangunan dengan perasaan kecewa, entah sudah tempat keberapa yang ia kunjungi hari ini tetap tidak ada kosan yang kosong.

Dengan menaiki motor Vario merah, laki-laki itu berhenti sejenak di sebuah minimarket. Tangan kanannya mengambil sebotol pocari sweet, sedangkan tangan satunya menempelkan ponsel ke telinganya.

"Ncan, bi. Ti kamari nyari tapi ncan kapanggih, tos parenuh kosna."

"Semalem kamu tidur di mana atuh?"

"Rumah temen," bohongnya berbarengan dengan menutup pintu kulkas lalu beralih ke rak lain dan mengambil beberapa snack.

"Yaudah kalo belum dapet di rumah temen kamu aja, bayar juga gapapa."

"Iya, bi," tutupnya lalu membalikkan badan.

Tut!

Bruk!

"Maaf, kang," ucap seorang perempuan yang sedang berjongkok mengambil beberapa snack. Laki-laki tadi reflek berjongkok pula. "Iya gak apa-apa, maaf juga ya teh."

Seperti cuplikan film tangan mereka tidak sengaja bersentuhan. Jessika mendongak, matanya berbinar.

Astaga ganteng banget.

"Maaf ya." Laki-laki itu menggerakkan tangannya, mencoba melepaskan tangan perempuan dihadapannya ini yang entah sejak kepan menggenggam erat.

Jessika tersadar, dengan perasaan malu Jessika melepaskan tangan laki-laki itu. Jessika merutuki kebodohannya.

Ini orang baru dan dia langsung pegang-pegang pasti ilfeel nih.

Laki-laki berhoodie abu-abu itu tersenyum canggung lalu segera menuju kasir. Dari ujung matanya laki-laki itu merasa perempuan aneh itu sudah berada di belakangnya. Entah hanya perasaannya atau memang betulan, saat dia keluar minimarketpun perempuan itu tetap mengikuti.

"Ada apa ya, teh?" tanyanya sedikit kesal berbalik menghadap si perempuan aneh.

Jessika menggaruk tengkuknya, pikiran dan gerak tubuhnya sama sekali tidak sinkron. Ah, jatuh cinta.

"Nama saya Jessika Karina, biasa dipanggil Jessika tapi kalo akang panggil sayang juga boleh. Saya asalnya dari Jakarta kebetulan baru kemaren saya ke sini buat kuliah di UNB dan ternyata ketemu jodoh juga," cerocos Jessika tak tahu malu, dalam hati dia bersorak.

Jujur saja tingkat keanehan perempuan ini bertambah tiga kali lipat. "Nino. Saya juga camaba UNB."

Mata Jessika nyaris keluar, terlalu hiperbola tapi itulah faktanya. Senyumnya sama sekali tidak luntur dari wajah cantik yang sialnya belum mandi. "Wah, jodoh banget berarti ya kang," sahut Jessika, "jurusan apa, kang?"

True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang