Chapter 6
Flashback empat hari yang lalu, setelah Aidan memberikan pot bunga indah pada Linda, pria itu merasa perlu menyampaikan sesuatu yang penting kepada Linda. Aidan mengajaknya ke taman yang berdekatan dengan rumahnya.
Begitu tiba di taman, mereka memilih bangku yang berada di bawah naungan pohon rindang. Suasana taman yang tenang dan sejuk menjadi saksi dari percakapan yang akan mereka miliki. Angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka, menciptakan suasana yang begitu nyaman.
Mereka duduk berhadapan, dan Aidan memandang Linda dengan tulus. Langit biru cerah di atas mereka menggambarkan keindahan momen ini. Aidan ingin menyampaikan perasaannya dengan jujur dan tulus, membagikan apa yang ada di dalam hatinya kepada Linda.
Aidan meluapkan permintaan yang cukup unik kepada Linda, memohon gadis itu untuk bersedia menjadi pacar pura-puranya selama satu bulan. Namun, pria itu menetapkan batasannya: peran pacar hanya berlaku ketika mereka berada di dalam rumahnya. Linda merasa bingung dan takut, terbersit pertanyaan dalam benaknya tentang bagaimana mereka dapat menjaga rahasia ini tanpa ketahuan.
"Gue mohon banget, Lin. Setelah sebulan, gue bakalan bilang sama Oma kalau kita putus," pinta Aidan.
"Kamu gila ya?" tanya Linda heran.
"Ide ini memang bisa dibilang gila. Tapi gue butuh bantuan banget lo, Lin," kata Aidan dengan wajah serius.
"Iya? Tolong gue ya?" lanjut Aidan seraya menempelkan kedua tangannya tanda memohon.
"Yaudah iya! Aku gak yakin rencana ini bakalan berhasil," sahut Linda ragu.
"Tenang aja, pasti berhasil kok. Asal nggak ada yang tahu," ujar Aidan seraya tersenyum tipis.
****
Dari jendela ruang tamu, Linda melihat Aidan tengah memainkan bola dengan penuh keahlian. Pria itu dengan lincahnya menjalankan teknik "around the world," mendorong bola ke atas dan memindahkannya antar kaki dengan gesit. Setiap gerakannya begitu gesit dan terampil, menyihir mata Linda yang tak bisa berhenti memperhatikan. Mulutnya tanpa sadar terbuka lebar, terpana oleh aksi memukau Aidan.
Sementara itu, Mariam, yang menyadari bahwa cucunya sedang asyik bermain bola, tersenyum puas. Wanita paruh baya itu melihat kegembiraan Linda yang tercermin di wajahnya, tak bisa menyembunyikan kekagumannya pada permainan Aidan. Dengan langkah ringan, Mariam mendekati Linda, ingin berbagi momen kebahagiaan tersebut.
"Bagus, bukan? Idan memang mahir main bola. Anak ini sering berlatih di luar rumah. Kebetulan kamu melihatnya, ya?" ujar Mariam dengan senyuman puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary 1990 [TERBIT]
Short Story[Event PENSI Vol 6] Tahun 1990, sebuah kisah cinta merekah indah di dalam ingatan. Senyum, tatapan, dan momen-momen manis membangun lukisan indah. Meski berubah seiring waktu, kenangan itu tetap menghiasi hati, menjadi bagian abadi dari kisah cinta...