Chapter 14

31 57 0
                                    

Chapter 14

Febby duduk dengan penuh kontemplasi di atas sofa, tenggelam dalam lamunannya yang mendalam. Terlihat jelas bahwa gadis ini terjerat dalam cinta yang begitu mendalam terhadap Aidan, bahkan hingga tidak sanggup melepaskan diri ketika menyadari bahwa pria itu telah memiliki pacar. Memori-memori indah dengan Aidan satu tahun yang lalu terus menghantuinya, menggambarkan kedekatan mereka yang kini hanya tinggal kenangan. Meskipun dahulu mereka begitu akrab, namun tiba-tiba hubungan itu berubah, hingga seolah-olah mereka menjadi asing satu sama lain, bahkan percakapan mereka menjadi semakin jarang.

Perasaan nostalgia memenuhi dirinya, ingin sekali kembali ke masa satu tahun yang lalu, ketika hubungan mereka masih terjalin erat. Sementara Febby merenungi, Siti-ibu dari gadis itu, melangkah mendekatinya. Dengan penuh kepedulian, dia duduk di samping Febby, memperhatikan anaknya yang tengah larut dalam pemikiran di sofa.

Dengan tatapan penuh perhatian, Siti bertanya lembut pada Febby. "Ada apa, sayang?"

Febby mencoba tersenyum. "Gapapa, Bun," jawabnya seraya menoleh ke arah wanita paruh baya itu.

Siti meresapi ekspresi putrinya. "Bunda tahu kamu sedang sedih. Kamu gak bisa nyembunyiin perasaan kamu, sayang. Ayo, ceritain semuanya sama Bunda, semoga Bunda bisa ngasih dukungan yang kamu butuhkan," ucap Siti dengan nada penuh kepedulian.

Febby menghela nafas. "Aidan, Bunda,"

"Kenapa dengan Aidan, sayang?"

"Dia udah punya pacar. Febby suka sama Aidan. Febby gak ikhlas kalo Aidan sama yang lain selain Febby," lirih Febby.

Siti menatap Febby dengan penuh empati. "Sayang, Bunda ngerti perasaan kamu. Cinta memang bisa membuat hati terluka," Dia mengelus lembut punggung Febby, mencoba memberikan kenyamanan.

Febby mengangguk pelan. "Iya, Bun. Tapi rasanya sulit banget lihat dia sama yang lain,"

Siti tersenyum lembut. "Kamu tahu, sayang, cinta itu kadang datang dengan ujian. Bunda yakin, kalau memang jodoh, suatu saat semuanya akan berjalan dengan baik,"

"Febby cuman gak mau liat Aidan sama yang lain," seru Febby dengan suara terbata.

Siti memeluknya erat. "Bunda akan selalu mendukung kamu, sayang. Jangan biarkan perasaan ini merusak kebahagiaanmu. Terkadang, melepaskan adalah tindakan paling bijaksana meskipun sulit."

Pada saat itu, di momen yang penuh keheningan, gadis itu dengan hati-hati membenamkan dirinya dalam pelukan hangat perempuan paruh baya tersebut. Di tengah keheningan itu, timbul suatu pertanyaan dalam benaknya, apakah mungkin jika dia memiliki keberanian untuk menanyakan pada Aidan, apakah ada sedikit pun perasaan yang terkandung di hatinya pada saat itu? Rasa ragu dan keinginan untuk mengetahui kebenaran memenuhi pikirannya, menciptakan gelombang perasaan yang berkecamuk di dalamnya.

****

Sesampainya di depan rumah gadis itu, Aidan dengan penuh perhatian mematikan mesin motornya, dan Linda dengan hati-hati turun dari motor. Dengan kesopanan yang melekat pada tindakannya, Aidan membantu gadis itu melepaskan helmnya, menyiratkan kehangatan dan perhatian.

"Oiya, besok pulang sekolah kamu kosong gak?" tanya Aidan, memulai percakapan.

Linda berfikir sejenak. "Iya, kenapa?"

"Aku mau ngajak kamu ke sesuatu tempat yang bagus," ujar Aidan, merencanakan sesuatu.

"Oiya, kemana?" tanya Linda, penuh rasa penasaran.

"Ada deh. Ini rahasia soalnya," ujar Aidan, menciptakan nuansa misteri.

"Kamu ini bisa aja ya bikin orang penasaran," sahut Linda seraya tersenyum. "Yaudah kalo gitu aku tunggu kejutan dari kamu," sambungnya seraya menyambut rencana misterius Aidan dengan senyuman hangat.

"Kamu tidur yang manis ya," ujar Aidan, memberikan salam perpisahan.

"Iya. Yaudah kamu pulang, hati-hati dijalan ya," sahut Linda dengan perasaan cemas yang tercampur senyuman.

"Kamu masuk duluan gih,"

"Kamu aja dulu,"

"Aku mau lihat kamu aman sampai ke dalam pintu, jadinya aku tunggu di sini, oke?" ujar Aidan, menunjukkan kepedulian dan rasa perhatiannya.

"Yaudah aku masuk duluan ya, dah," pamit Linda.

Setelah gadis itu sampai di depan pintu, ia menoleh ke belakang melihat pria itu tersenyum manis, membuat detak jantungnya berdegup kencang, terutama ketika senyuman itu menular ke dalam dirinya. Kemudian gadis itu melanjutkan membuka pintu lalu menutupnya.

Setelah yakin gadis itu sudah aman, Aidan kemudian menyalakan motornya, memberikan suara berdenting yang memecah keheningan malam, dan mulai meluncur pulang. Di tengah malam yang sunyi, detik-detik terakhir kebersamaan mereka tetap melekat, menjadi kenangan manis yang tersimpan dalam hati mereka berdua.

****

#Pensi #eventpensi #pensivol6 #teorikatapublishing

Komen ❤️ sebanyak-banyaknya yaa, makasii🌷

Kurang panjang ya? Soalnya aku lagi sibuk" nya hari ini, mana hari ini awal masuk sekul gaiis... Maap yaa heuheuu... Kita ketemu lagi besok, bbaii🦋

Diary 1990 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang