Chapter 11

46 58 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Chapter 11

5 Oktober 1990, aku mencatat momen yang begitu spesial. Hari dimulai dengan melihat Aidan bermain bola. Sungguh, keahliannya membuatku terpukau, hingga aku tak bisa menutup mulutku menyaksikan aksinya di lapangan.

Tak lama setelah itu, seperti kilat, aku diajaknya pergi ke tempat yang sangat aku sukai, pasar malam. Semua terasa begitu spesial, terutama ketika kami bermain di wahana hantu dan bianglala. Sebelumnya, aku tidak pernah tertarik dengan wahana itu. Bagiku, wahana-wahana itu hanyalah sebentuk hiburan biasa di pasar malam.

Namun, dengan Ajakan Aidan, semuanya berubah. Wahana bianglala ternyata begitu seru dan menakjubkan. Keseruan itu membawaku ke suatu momen yang tak terlupakan. Di tengah permainan bianglala, Aidan tiba-tiba menembakkan pesan indah ke hatiku, di bawah cahaya kembang api yang menghiasi langit.

Sesaat itu, mataku terpaku melihatnya, di tengah pemandangan yang begitu memesona. Entah mengapa, detik itu menjadi momen berharga yang terpahat dalam hatiku. Mungkin karena ketidakdugaannya, mungkin karena keberaniannya, atau mungkin karena ketulusan di balik kata-katanya. Suasana malam itu pun menjadi spesial, dihiasi cahaya kembang api dan kebahagiaan yang tumbuh di hatiku.

Bandung, 05-10-1990

****

"Cie, ada yang udah diajak ke pasar malem nih," ujar Amanda dengan penuh antusiasisme pada Linda setelah tiba dari kelas, duduk dengan santai disampingnya.

"Gimana kemarin? Cerita atuh," tambah Ashel dengan rasa penasaran yang kentara.

"Apa jangan-jangan kamu udah jadian ya sama Aidan?" tanya Amanda, dan Linda mengangguk mengiyakan dengan senyum malu-malu.

"Akhirnya, jadian juga kalian," ujar Ashel dengan senyuman kemenangan.

"Kalo kamu gimana Manda?" sambung Ashel dengan mata penuh harap.

"Gimana apanya?" tanya Amanda.

"Kamu sama cowok jurusan IPS itu," sahut Ashel, menambah kegigihan bertanya.

"Kok aku gak tau sih?" tanya Linda dengan raut heran.

"Aku juga baru tau kemarin. Ternyata Manda diem-diem nyukain orang gak bilang-bilang sama kita," sahut Ashel dengan nada terkejut.

"Aku malu tahu," ujar Amanda dengan sedikit senyuman malu.

"Ya gapapa kali," kata Linda mencoba menenangkan suasana.

"Maunya sih aku bilangnya pas kita udah jadian. Tapi udah bocor, jadi yaudah deh," ujar Amanda, merinci kisahnya.

"Kamu sih, gak pandai jaga rahasia," sahut Ashel dengan nada penuh tawa, dan mereka bertiga pun tertawa bersama dalam kehangatan persahabatan mereka.

Diary 1990 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang