Chapter 4

34 33 81
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Chapter 4

Febby, dengan pandangan tajamnya, memperhatikan kedatangan Aidan dan gadis yang kemarin menagih pot bunga. Sebuah kebingungan terpancar di wajahnya, bertanya-tanya apakah mereka sudah akrab. Kemarin, gadis itu begitu garang saat menagih pot bunga, tetapi hari ini, tiba-tiba saja terlihat begitu lembut.

Langkah Febby semakin mendekat ke arah mereka. "Hai, Aidan," sapanya pada Aidan dengan senyum tipis yang mencoba menyembunyikan rasa penasaran.

"Ke kelas bareng yuk," ajak Febby, mencoba menciptakan suasana yang lebih akrab pada pria itu.

"Boleh," sahut Aidan.

"Kalo gitu aku duluan ya," pamit Linda pada mereka dengan sopan. Gadis itu berjalan menjauh, memberi mereka ruang untuk berdua.

"Ai, siapa sih dia? Kok bisa bareng sama kamu sih?" tanya Febby begitu Linda sudah cukup jauh. Mereka berdua melangkah bersama ke arah kelas sembari berbincang-bincang.

"Oh, dia namanya Linda. Tadi gak sengaja dijalan ketemu sama dia, terus gue dibegal sama dia. Katanya minta numpang," jelas Aidan.

"Ngeri banget ternyata dia," komentar Febby. "Oiya, gimana soal pot bunga kemarin?" sambungnya, ingin tahu kelanjutan kisah kemarin.

"Beres, gue udah ngasih dia pot bunga itu kemarin," jawab Aidan dengan santai.

"Oiya, aku nanti mau main ke rumah kamu, boleh gak?" tanya Febby dengan wajah penuh harap.

"Waduh, gak bisa, Feb. Gue udah ada janji sama Rian nanti," sahut Aidan.

"Oh gitu ya? Terus kapan dong, aku penasaran dari dulu belum pernah main ke rumah kamu," ujar Febby, mencoba mencairkan suasana.

"Kapan-kapan deh," jawab Aidan dengan senyum ramah.

"Oke deh, janji ya. Awas kalo bohong," tambah Febby dengan senyum, menciptakan janji yang penuh antusiasme di antara mereka.

****

"Lin, gimana, udah beres sama masalah pot bunganya?" tanya Amanda, mencoba menggali informasi.

"Beres," jawab Linda seraya tersenyum puas atas penyelesaian masalahnya.

"Gimana rasanya dibonceng sama cowok ganteng?" goda Ashel dengan senyuman menggoda.

"Apasih, nanya nya kayak gitu. Aidan ganteng darimana nya coba?" sahut Linda dengan ekspresi cuek.

"Kamu suka makan wortel gak sih?" tanya Ashel dengan senyum misterius.

"Suka, emang kenapa?" sahut Linda dengan rasa penasaran.

"Terus kenapa cowok seganteng Aidan kamu bilang biasa aja?" tanya Ashel dengan nada heran.

"Iya sih, Aidan emang ganteng. Tapi, yah, sayang banget dia sering dicap buruk sama guru-guru," tambah Amanda dengan ekspresi prihatin. "Mending kamu jauhin aja, atau nggak kamu dapet masalah," saran Amanda dengan serius.

Diary 1990 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang