Luka 19 April

103 11 3
                                    

19 April 2023 dunia ini digemparkan dengan meninggalnya seorang jenius Universitas Nasional Seoul, mahasiswa berusia 25 tahun bernama Moonbin tutup usia di kediamannya setelah diduga bunuh diri.

Sanha, sebagai sahabat yang sudah bersama selama 12 tahun itu sungguh terpukul, walau terpaut usia cukup jauh dimana dia masih menginjak bangku SMA tapi hubungannya dengan Moonbin sangat dekat.

"San, udah San gw tau ini berattt buat lo tapi Lo jangan kayak gini, kasian bang Moonbin"ucap Chenle yang menenangkan Sanha di rumah duka Moonbin.

"LO GA TAU LE, GIMANA RASANYA DITINGGAL KAYAK GINI TANPA ALASAN, GW NGERASA GW GA BERGUNA JADI SAHABAT DIA HIKS"Chenle menghela napasnya lelah.

"Ya tapi apa dengan begini buat Lo berguna San? Apa dengan Lo nangisin bang Moonbin dia bakal hidup lagi San? SADAR SANHA DIA JUGA PUNYA BEBAN"tanpa sadar Chenle yang terpaut satu tahun itu membentak Sanha.

"Hiks klo gw bisa balikin waktu gw mau dengerin cerita bang Moonbin 2 hari lalu, gw bodoh karena gw justru milih pergi buat ngerjain makalah gw hiks, disaat bang Moonbin menderita gw malah hiks gw malah pergi, GW JAHAT SAMA DIA"Sanha memukul kepalanya sendiri dan Chenle yang sudah diambang oleh emosi langsung menampar pipi Sanha dengan keras.

"Puas? PUAS LO ANJENG, GW BILANG DIEM YA DIEM, DIA UDAH TENANG JANGAN KAYAK BOCAH, Tuhan menciptakan bintang dan Moonbin adalah bintang yang dirindukan Tuhan untuk kembali menghiasi alam ini San"ucap Chenle dengan mata berkaca-kaca dan terduduk memegang bahu Sanha.

Sanha mencoba mencerna perkataan Chenle tadi "Gw..... hiks gw cuma mau Nebus itu semua Le hiks".

"Tebus itu semua dengan Doa, bang Moonbin ga butuh tangisan lo tapi dia butuh doa dari lo"ucap Chenle.

Setelah berhasil menenangkan Sanha akhirnya Chenle pun pulang ke rumahnya karena kelelahan.

"Mama, Lele pulang"ucapnya dan mendudukkan tubuhnya ke sofa.

"HEH?!! INI BENERAN MOONBIN MENINGGAL? HIKS ANAK PINTER ITU MENINGGAL? CHENLEEEEEEE"mamanya cukup histeris karena dulu Moonbin adalah murid lesnya.

"Kan mama sendiri yang bilang ke Lele dan suruh Lele layat, lagian ya ma dia itu kayak ga ada beban gitu tau, dia selalu senyum dan selalu nyapa orang yang dia temuin, Lele ga nyangka ma dia pergi diusia yang masih muda banget bahkan dia belum bisa ngewujudin impiannya buat bangun rumah buat adeknya"ucap Chenle yang menangis itu mengenang bagaimana dulu dia disapa oleh Moonbin dan dibelikan es krim olehnya.

"Bin, maafin mami karena mami ga bisa datengin kamu hiks"mama Chenle itu menatap langit-langit rumahnya karena merasa bersalah dia tak bisa menghadiri pemakaman Moonbin karena dirinya harus mengurus beberapa proposal untuk meninjau kenaikan nilai muridnya yang ada di luar kota.

Keesokan harinya di sekolah suasananya cukup mencekam karena Sanha yang biasanya menjadi mood booster sekarang murung dan tidak mau bicara.

"Le itu si cerewet kenapa kok murung?"tanya Jihoon pada Chenle yang berjalan beriringan dengannya.

"Tau bang Moonbin?"tanya Chenle.

"Temen Abangnya Junkyu itu"jawab Jihoon.

"Duka buat kemaren dimana bang Moonbin pergi selamanya"ucap Chenle dan menatap sendu Sanha yang duduk di kursi depan kelas.

Jihoon terlihat memasang wajah datar "Bahkan ga ada yang tahu kan klo Moonbin itu depresi? Hahaha, manusia dengan jutaan tawa adalah manusia dengan jutaan luka di hatinya".

"What? Depresi?"ucap Chenle bingung.

"Waktu SMP gw pernah depresi berat Le dan itu buat gw bisa bedain mana orang yang baik-baik saja dan orang yang menopang beban berat di bahunya"jelas Jihoon.

Chenle terdiam beberapa saat dan lamunannya buyar setelah Sanha berada di depannya.

"Eh anjing, San lo kagetin gw aja"ucap Chenle mengelus dadanya.

"Le, lo tau kan maksud gw?"ucap Sanha dengan serius dan wajah datar yang jarang ia tunjukkan.

"M-maksud lo? Gw ga ngerti"ucap Chenle takut.

"Buka mata batin gw Le, gw mau nemuin bang Moonbin"ucap Sanha.

"Sudah gw duga..."-Jihoon.

"Huh....nanti malem pukul sebelas malem kita ke makam Moonbin"ucap Chenle yang tak tega melihat Sanha.

"Makasih banget Le, gw berutang sama lo"ucap Sanha yang mulai memperlihatkan senyumnya.

Setelah Sanha pergi Jihoon menatap Chenle.

"Dimana tempat makamnya?"tanya Jihoon.

"Di deket Gangnam"jawab Chenle.

Jihoon menghela napas berat "Hati-hati disana ada hantu jahat, pakai ini".

Jihoon memberikan sebuah kalung dengan liontin pedang yang diterima Chenle.

Malam harinya kedua anak itu pergi ke makam Moonbin dan sudah Chenle duga, Moonbin ada disana dengan senyuman yang terpatri di wajah yang sayangnya terukir amat sempurna.

"Dia ada disini Le?"tanya Sanha menatap Chenle.

Chenle hanya mengangguk dengan pandangan yang masih menatap Moonbin yang tampak menghilangkan senyumnya setelah melihat ada makhluk di belakang Sanha.

Chenle yang menyadari ada yang aneh melihat ke belakangnya "SAN AWAS".

Sanha yang tak melihat apa-apa hanya terdiam "K-kenapa?".

"BANG MOONBIN"teriak Chenle tiba-tiba saat melihat Moonbin menghadang makhluk yang mencoba menusuk Sanha.

"KENAPA LE? ADA APA?"tanyanya bingung, Chenle dengan cepat membuka mata batin Sanha agar jika makhluk itu menyerang Sanha dapat menghindar.

"JANGAN DEKETIN DIA BAJINGAN"teriakan itu mampu membuat tubuh Sanha lemas dan berbalik melihat apa yang ada di belakangnya.

"Bang Moonbin....."gumannya melihat Moonbin yang melawan makhluk itu.

Chenle yang teringat dengan kalung tadi langsung mengeluarkannya "Gw harus gimana......????".

Pedang yang dibawa makhluk itu diayunkan ke arah Moonbin yang dapat menahannya.

"CHENLE ITU LIONTIN HADES, BUAT POLA BULAN SABIT KE ARAH MAKHKUK INI"teriak Moonbin dan dituruti Chenle.

Seketika makhluk itu menghilang dan Sanha hanya bisa terduduk lemas di tanah depan makam Moonbin.

"A-apa itu?"tanyanya bingung.

Moonbin tampak berbalik dan menatapnya "San, ngapain disini?".

Sanha menegak ludahnya dengan kasar dan berlari ke arah Moonbin lalu memeluknya "Abang hiks, jangan tinggalin Sanha hiks, Sanha takut".

Moonbin membalas pelukan Sanha dan mengusap rambut Sanha "Abang ga pergi San, Abang ada disini, didekat Sanha dan Abang bakal selalu jagain Sanha dari atas".

"Makasih Abang selalu jagain Sanha, maafin Sanha hiks Sanha ga bisa dengerin cerita Abang, maafin Sanha karena Sanha ga tau beban yang ditopang Abang hiks"Sanha berlutut di depan Moonbin.

"Sanha, bangun San"ucap Moonbin yang menarik Sanha untuk berdiri.

"Tatap abang San, kamu ga boleh ngerasa bersalah kayak gini, Abang udah tenang disana dan Abang bakal terus jagain Sanha, klo Sanha kangen abang coba Sanha lihat ke langit dan cari bintang paling terang, Abang ada disana"ucap Moonbin yang membuat kedua anak itu semakin menangis.

Sanha mengangguk dan tersenyum manis "Makasih Abang, semoga abang tenang disana".

Moonbin membalas senyuman itu dan kemudian cahaya mengelilingi tubuhnya membuatnya menghilang.

"San, yok pulang udah jam segini"ajak Chenle membuat Sanha mengangguk.

"Bentar gw tutup dulu mata batin Lo"ucap Chenle.

Setelahnya keduanya pergi pulang dengan Sanha yang terus tersenyum memandang bintang di angkasa.



"Suatu saat kita bakal ketemu lagi bang, tunggu Sanha disana dan kita bisa main bareng lagi di keabadian".

Hantu SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang