"Gila banget, masih aja ada yang minat sama lo, padahal lagi buncit gitu.",ujar seorang teman saat terdengar namaku disebut dari speaker kecil di pojok ruangan yang tersambung dengan earphone di telinga kami masing-masing.
Aku hanya tersenyum lalu beranjak dari tempat duduk, tentunya dengan sedikit usaha karena sudah kesusahan. Kenalkan, aku Adis, seorang mahasiswa Universitas Negeri terkenal di Bandung yang sedang cuti kuliah. Malam ini seperti biasa aku datang ke tempat hiburan malam eksklusif di daerah Braga.
Braga memang kawasan yang selalu ramai, bahkan hingga pagi menjelang. Aku tinggal di sebuah apartemen daerah Paskal. Sebenarnya aku sama sekali tidak kekurangan. Orang tuaku cukup berada, semua kebutuhanku sangat terjamin. Tapi sayang aku memiliki ketergantungan dengan seks.
Kami bertiga, Adis, Clara dan Hana adalah layanan "premium" di club VIP ini. Aku adalah yang paling senior, Clara dan Hana bergabung 2 bulan kemudian. Bukan hal yang susah untuk mendapatkan tamu di jalur khusus, aku kenal dengan pemilik tempat ini. Dia juga tahu seperti apa tujuanku dan ketiga temanku bekerja disini. Bisa dibilang bukan bekerja. Aku hanya menerima 70% dari bayaran tamu dan tipnya biasanya akan kuserahkan untuk amal. Aku biasa memberikannya pada gereja besar di daerah Paskal.
Satu hal lagi yang harus kalian tahu. Aku sedang hamil, anak pacarku. Salah, mantan pacarku. Sekarang hubungan kami tidak lebih dari seorang teman. Dulu dia tamuku, tapi sejak dia mengajakku tinggal di rumahnya, aku dan dia memulai untuk menjalin hubungan juga. Sialnya saat aku terlanjur hamil, dia baru mengaku kalau dia sudah memiliki anak dan istri. Jelas tentu saja aku memilih memutuskan hubungan kami dan meneruskan kehamilan ini sendirian. Risikonya, aku harus mengambil cuti kuliah di tahun terakhirku.
Orang tuaku? Mereka terlalu sibuk bekerja. Sekarang bahkan sedang berada di luar negeri. Terakhir aku bertemu mereka 3 tahun yang lalu. Bosku? Pemilik club mengizinkanku tetap melayani tamu VIP dengan kondisi perutku yang buncit. Diluar dugaan memang, para tamu lebih suka dengan pesona perut buncitku. Akupun tidak bisa menolak, aku butuh dipuaskan, terlebih sejak saat hamil, rasanya aneh jika tidak berhubungan badan dengan seseorang. Jika tidak ada tamu, maka aku akan memanggil adik tingkatku ke apartemen, Bara.
Bara bertubuh kekar dan kau harus tahu, dia sangat jantan, tahan lama. Ohh sial, bahkan sesekali aku terus membayangkannya saat sedang bercinta dengan tamuku. Sayang sekali waktu Bara terbatas, walau masih kuliah diapun harus mengurus bisnis kuliner milik ayahnya di kawasan Dago.
Lalu bagaimana dengan tamuku? Tamuku hanya 3 setiap bulannya. Mereka wajib melampirkan data kesehatan yang sah dari Rumah Sakit Pemerintah sebelum memesan kami bertiga. Sebelum memulai pelayanan, akan selalu ada tes rapid cepat untuk mengecek kesehatan mereka. Jadi memang layanan kami adalah yang paling eksklusif di tempat ini. Tamu kami adalah kalangan teratas di Bandung.
"Siapa Mom?", tanyaku pada Gareth. Dia bos kami bertiga yang menjadi penghubung diantara pelayan dan pelanggan.
"Sandi"
"Lagi?"
"Iya, dia bahkan memesan lo untuk 3 bulan ke depan."
"Apa?"
"Dia minta lo buat menempati hotel pesanannya selama 3 bulan ke depan."
"Hahahaha, om-om satu ini memang sangat bernafsu."
"Lo bersedia nih, Dis?"
"Aman, boleh saja."
"Tapi bukannya 2 bulan lagi lo lahiran?"
"Gue bisa lahiran disana kan?"
"Hah? Lo ga takut?"
"Sandi adalah dokter kandungan, Mom."
"Hah? Lo serius? Kenapa gue gatau?"
"Ya Mom, mana mungkin dia buka kedok, jangan bilang siapa-siapa Mom. Udah aku samperin om Sandi dulu ya."Mataku menangkap sosok Sandi, suami seorang artis ibu kota dengan satu orang anak. Sandi duduk di sofa ruangan khusus yang dipesannya. Pertemuanku dan Sandi sudah lama, sejak aku belum hamil. Dia hanya memesanku sekali, lalu yang kedua saat aku hamil, 2 bulan yang lalu dan berlanjut hingga saat ini. Dia tergila-gila padaku.
Om Sandi, aku memanggilnya begitu. Jarak usia kami terpaut 15 tahun. Sandi 37 dan aku 22. Dia sangat perkasa. Dia selalu pintar memuaskanku, mungkin juga karena dia sangat memahami reproduksi wanita sebagai seorang spesialis kandungan.
"Om? Sudah lama menunggu? Maaf ya, Adis lama, jalannya rada susah sekarang.",ucapku sambil menunjuk perut buncitku lalu duduk tepat di atas pangkuan Sandi.
Sandi langsung memelukku dan mengecupi leherku, jangan lupakan tangannya yang bermain lincah memberikan sentuhan di payudaraku. Sandi melepaskan pengait braku lalu menatap wajahku. Aku sengaja menggodanya dengan menggigit ujung bibirku sembari meremas kuat batang kemaluan Sandi dari balik telinga. Sandi mendesah, ya Tuhan, desahan itu membuatku berdesir, berat dan sangat terdengar gagah.
"Adis nakal ya sekarang?", tukas Sandi dengan tangan yang mulai menyusup di balik gaun ketatku.
Malam ini aku mengenakan gaun hitam ketat yang membuat perut buncitku terlihat sangat jelas. Tentu saja aku sengaja melakukannya, pria hidung belang disini sangat suka. Sebelumnya aku bahkan memasangkan korset di perut buncitku, tapi Sandi sudah melarangnya. Jadi tidak kulakukan lagi.
"Om kata Mom mau pesan Adis untuk 3 bulan?"
"Iya, Adis keberatan?"Aku menutup mata lalu menggelengkan kepala. Sensasi jemari Sandi yang menekan permukaan kelaminku membuatku mulai mendesah kenikmatan.
"Malam ini mau kesana?"
"..nnhhhh.."
"Tempatnya dekat rumah sakitku."
"..uughhh.."
"Adis kenapa?"Sandi sialan. Masih saja bertanya kenapa. Cdku sudah basah akibat ulah jemarinya. Dia masih bertanya kenapa? Karena kesal akhirnya kuremas kuat kejantanannya, hingga spontan Sandi mendesah dan menatap tajam ke arahku.
"Apa? Om duluan yang nakal!"
"Adis mau? Daritadi remas-remas punya om.""Engga!",ucapku lalu membuang muka.
Sandi tertawa lalu mengangkat tubuhku pindah ke atas sofa tepat di sampingnya. Sandi menurunkan resleting celananya dan menarik keluar batang kemaluannya yang cukup besar itu. Belum tegang sempurna saja sudah sebesar itu.
Sandi mengusap sambil memijatnya pelan lalu melirik ke arahku. Aku paham kode apa ini. Tapi akan sulit jika aku melakukannya di posisi itu, harus berjongkok lama dengan perut buncit ini.
"Om mau duduk saja?", Sandi hanya mengangguk.
"Om tapi Adis kesusahan kalau posisinya seperti itu."
"Pelan saja tidak masalah, aku tidak sedang ingin bermain cepat kok."
"Okedeh, Adis ikutin mau om, tapi Adis juga mau gantian nanti."
"Tenang, lidah om siap sedia.", Sandi menjulurkan lidah membuatku terbayang situasi saat oral sex kami waktu itu.Dengan bantuan Sandi, aku berpindah posisi berjongkok di antara kedua kakinya. Kutumpukan kedua lututku di lantai lalu mulai memegang batang besar itu dengan kedua tangan. Menjilat setiap bagian batangnya layaknya sedang menikmati ice cream coklat. Sesekali aku memainkan dua bola miliknya dengan menyentil dan meremasnya.
"Adis isep aja langsung nnhh.."
Oh Tuhan, pria ini sangat seksi sekali. Aku jadi ingin membuatnya mendesah berkali-kali. Tapi sayang Sandi tipe yang suka menahan desahannya. Aku menggeleng. Hal itu membuat Sandi menarik rambutku hingga membuat kepalaku mendongak dan menghadap ke arahnya.
"Jangan bantah perintah om ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sentuhan Pelacur
Fiksi RemajaWARNING 🔞⚠️ Follow dan Vote sebelum membaca. Beberapa bab dengan rate dewasa akan diprivate setelah bab 10. Selamat membaca Sentuhan Pelacur. [DILARANG COPAS] [NO PLAGIARISM] Adis yang bergelimang harta memilih untuk menjadi pelacur VIP dan mel...