24. Painful Memories from The Past

2.7K 315 20
                                    

Inget cuman fiksi, Happy Reading!

*

Italic : Flashback

Apa yang terakhir Jeno ingat? Apa ya? Kepalanya berdengung. Astaga, pusing, kepalanya juga terasa berat.

"Jadi, saya akan memperkenalkan putra bungsu saya, Jung Jeno dan keluarga kecilnya.."

Oh, benar, sekarang dia resmi menyandang Jung di depan publik. Tidak ada Lee Jeno lagi, bagian itu akan segera tenggelam. Melebur dengan masa lalunya yang buruk. Semoga.

"Kalau begitu, aku titip Jeno sebentar. Mommy akan segera datang.. Maaf merepotkan.." suara Renjun terdengar masuk ke telinganya.

Pada siapa Renjun berbicara? Jeno dititipkan? Pada siapa?

Jeno mengerang, kepalanya berdenging, tapi ia tetap memaksakan bangkit.

Aroma rumah sakit yang khas langsung menyapa indra penciuman Jeno. Kenapa Jeno bisa ada disini?

"Kau baik baik saja?" suara dari orang yang paling Jeno benci menyapa telinganya, membuat Jeno refleks melihat sumber suara. Wajahnya langsung mengeras. "Kenapa anda bisa ada disini?" tanya Jeno dingin.

Donghae menghela nafas. "Maafkan aku, tapi Renjun yang memintanya, lagipula, Ibumu akan segera datang.."

"Ibuku tidak akan pernah datang, kau yang membunuhnya.." sergah Jeno datar.

Donghae menahan nafasnya, menatap Jeno sendu. "Sepertinya memang benar, kau tidak akan bisa mendengarkannya lewat mulutku.." ujar Donghae sedih.

Pelan menarik nafas, "Aku minta maaf untuk semuanya, Maaf karena tidak bisa menjadi ayah yang baik hingga kau menjadikan aku sebagai Penjahat dalam kisahmu.." sambung Donghae.

"Sudah terlambat untuk minta maaf" dengus Jeno.

"Donghae? Bagaimana keadaan Jen- Kau sudah sadar? Kau pasti nakal sekali ya? Berapa hari tidak tidur? Kau tahu fungsi pil tidur tidak? Astaga Anak nakal ini.." omel Jaejoong.

"Kalian sudah berbicara?" tanya Jaejoong kemudian.

Donghae menggeleng lemah. "Aku menyerah lebih cepat, Anak ini terlalu keras, Aku menyerahkannya padamu.."

Jeno bisa melihat sebuah berkas yang diserahkan pada Mommy-nya. Jaeoong tampak termangu, menatap si berkas lamat lamat.

"Aku tahu sudah terlambat bagi Pak tua ini, Jeno.. Tapi, aku ingin melepas belenggu penyesalan sebelum aku bertemu ibumu nanti. Aku sungguh minta maaf, aku tidak berharap kau memafkanku, memaafkan kami sebagai orang tuamu, Tapi aku, juga ibumu sangat menyesal karena membawamu pada situasi yang seperti ini.." Donghae beranjak pergi dari hadapan Jeno.

Banyak yang tidak Jeno pahami.

"Kenapa Mommy membiarkan Jeno dijaga oleh orang sepertinya, Bagaimana jika Jeno mati ditangannya? Mommy mau Jeno mati?"

Jaejoong melotot. "jangan membicarakan kematian sembarangan, jeno.. Tolong lebih dewasalah, kau bukan lagi remaja atau anak anak.." decak Jaejoong.

"Aku sudah dewasa, Mommy yang menganggapku anak anak" protes Jeno.

"Jadi, kenapa Mommy harus menitipkan Jeno padanya? Masih ada Jaehyun atau istrinya, Daddy, Renjun dan lagi Mommy punya banyak orang yang bisa Mommy perintahkan.." Jeno masih belum selesai menyampaikan protesnya rupanya.

"Tidak bisa, semua orang sibuk. Ini semua karena ada seseorang yang tiba tiba pingsan di after party. Untung saja hanya ada kita disana.." sindir Jaejoong.

Piece Of Happiness | Noren-SungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang