25. Simple Reception

2.6K 318 21
                                    

Inget cuman fiksi, Happy Reading!

*

Rasanya Jeno kembali pada kekacauan. Kepalanya kembali berat dan berisik. Ia memijat kepalanya pelan. Ini buruk sekali. Kacau sekali. Tidak ada satupun yang bisa dia lakukan dengan benar. Kalau begini, bagaimana kehidupannya? Bagaimana dengan Renjun dan Jisung? Mereka sudah memasrahkan semuanya padanya. 

"Brengsek.." umpat Jeno pelan. 

"Brengsek itu apa?" satu pertanyaan polos masuk ke telinga Jeno, membuatnya menoleh kearah sumber suara. Ada Jisung yang menatapnya penuh rasa ingin tahu. 

"Ah, itu.." Jeno kelabakan. Dia lupa ada  Jisung di sini sekarang. 

"Jisung akan tahu itu nanti.." Renjun meletakan satu cangkir teh di nakas, aromanya lembut membuat kepalanya yang berat terasa lebih ringan. 

"Nanti kapan?" tanya Jisung lagi. 

"Kalau Jisung sudah melihat bulan purnama muncul 1000 kali.." jawab Renjun asal, matanya menatap Jeno tajam. 

Jeno berdekhem, langsung mengalihkan tatapannya. 

"1000 kali? Kenapa banyak sekali? Apa jika Jie melihat di Televisi dan Majalah juga dihitung?" Jisung benar benar serius dalam percakapan yang diakibatkan oleh kesalahan Jeno. Heh? Bagaimana bisa Jeno tidak menyaring ucapannya di depan putranya yang jelas punya rasa ingin tahu sebesar alam semesta?

"Tidak, Jie hanya harus melihatnya di langit.."

Jisung  merengut lucu. Kalau begitu Jisung akan butuh waktu lama untuk tahu kata brengsek. Kenapa harus 1000 kali? Apa Jisung tanya Nenek dan Kakek saja? atau tanya pada Mama Winwin? Taro hyung? Jisung tenggelam pada pikirannya. 

"Mommy menitipkan pesan padaku.." ujar Renjun duduk ditepi kasur. 

"Kenapa tidak menyampaikannya langsung padaku?" tanya Jeno heran. 

Renjun mengangkat bahu. Dia juga penasaran. "Mommy bilang, kau sudah berjalan sejauh ini.. Kau pasti bisa melangkah lebih jauh. Lagipula, kau adalah Jung sekarang, bukan Lee lagi.."

Jeno terdiam. "Benar.. Aku bukan Lee lagi.." ulang Jeno lirih. 

Renjun menghela nafas. "Kau.. bukan hanya sedang kelelahan dan sakit biasa, kan? Ada hal lain?" 

Jeno tidak langsung menjawab, menarik nafas dalam dalam. "Aku salah mengira penjahatnya.." jawaban Jeno tidak langsung membuat Renjun puas, dia malah semakin kesal karena perkataan Jeno yang tidak langsung on the point

"Apa maksudnya itu?" 

"Aku tidak bisa mengatakannya dengan jelas, kita minimal harus menunggu Jisung tertidur" Jeno tersenyum. 

"Jisung hari ini masuk Tk, kan? Bagaimana disana? Jisung suka? Maaf, Papa tidak bisa mengantar Jie  dihari pertama masuk Tk.." Jeno mengalihkan pembicaraan, mengajak bicara Jisung yang awalnya fokus menyusun puzzlenya fokus pada Jeno. 

"Iya, Jie sekolah.. Tapi, Sekolah tempat belajar, Jie disana hanya bermain dan bernyanyi.. Menyebalkan.." keluh Jisung. 

"Loh? Bukannya menyenangkan?" tanya Jeno. 

Renjun merasa diacuhkan, tapi mungkin memang perlu ada waktu khusus untuk sebuah pembicaraan ini. Memang sejak awal Renjun tahu ada yang tidak beres!

"Tidak ada teman teman yang paham apa yang Jie katakan! Mereka tidak tahu kalau kuda nil bisa berbahaya dari Singa! Mereka menyebalkan!!" seru Jisung berapi api. 

"Mereka juga tidak tahu kalau tubuh manusia 90% air, mereka menertawakan Jie karena mereka bilang Jie aneh.." gerutu Jisung kesal.  

Renjun dan Jeno saling tatap. Wah, kalo begini sepertinya 100% salah Jeno ya?

Piece Of Happiness | Noren-SungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang