Bonus Chapter : Yuta's side

2.6K 245 24
                                    

Inget cuman fiksi, Happy Reading!!

*

Tidak ada alasan bagi Yuta untuk dimaafkan, Yuta tidak pernah berharap agar Winwin bisa menerimanya kembali. Baginya kesalahannya terlalu besar hingga dia bisa mendapatkan sebuah maaf. Tapi, kenapa hati Winwin begitu besar? Kenapa Winwin masih menerimanya? Memeluknya erat padahal dirinya adalah sebuah duri yang semakin didekap semakin membuat Winwin berdarah - darah..

Tidak, bukan juga Yuta berharap dia akan menuju Nagisa. Nagisa, baginya adalah sebuah tanggungjawab. Bukan jalannya kembali. Selamanya, rumahnya adalah Winwin.

Winwin yang kini begitu rapuh, Yuta membenci dirinya sendiri jauh dari Renjun membenci dirinya.  Tidak ada satupun orang yang bisa mengalahkan rasa benci pada Yuta selain dirinya sendiri.

"Mama sedang sedih ya?" tanya Shotaro sambil fokus menjilati es krim di tangannya.

Yuta tidak menjawab. "Kenapa Taro berpikir begitu?" Yuta balik bertanya.

"Mama sering melamun dan menangis, jika Taro bertanya, Mama selalu tersenyum dan bilang dia baik baik saja.. Tapi, sepertinya memang Mama sedang sedih. Papa tahu cara untuk menghibur Mama? Taro sudah beri coklat, permen dan semua hal yang membuat Taro senang.. Tapi Mama tetap seperti itu.." keluh Shotaro.

"Taro ikut sedih.." bisik si bayinya pelan.

Yuta berusaha untuk tersenyum. "Nanti, Papa coba akan hibur Mama. Taro jangan ikut sedih.."

Shotaro hanya mengangguk, kembali fokus pada es krimnya.

"Oh, lalu.. Mama sering mengusap perutnya seperti ini" Shotaro menirukan gesture Winwin yang dia ingat.

"Apa mungkin Mama sakit perut?" Shotaro membuat asumsi.

Yuta terdiam. Winwin masih merasa kehilangan ya? "Nanti, akan Papa obati kalo begitu.."

Yuta adalah obatnya? Yuta adalah obat bagi Winwin.. Yuta tidak tahu. Sejujurnya, Yuta takut untuk kembali merengkuh Winwin. Dia.. merasa tidak layak untuk si cantik penari hatinya.

Yuta.. sungguh merasa tidak layak.

_______________________________

Yuta sudah memastikan, Shotaro tidur dengan lelap dan nyaman. Ada beberapa hal yang berubah, Winwin masih merawat Shotaro dengan baik namun tidak seintens dulu. Winwin tidak akan keluar kamar jika dia sedang kambuh.

Yuta masuk ke kamarnya, melihat Winwin sedang meringkuk dengan memeluk perutnya. Seolah sedang melindungi sesuatu.

"Sudah makan hm?" tanya Yuta lembut.

Winwin tidak bergerak.

"Sayangku.. Sudah makan?" Yuta kembali bertanya.

"Sudah.." balasan lirih terdengar.

"Oh ya? Makan dengan apa hari ini?"

Tidak ada jawaban. Yuta tahu Winwin belum memasukkan apapun sejak pagi tadi.

"Mau makan hotpot? Kita makan keluar atau kita pesan?" tawar Yuta.

"Kenyang.."

"Haruskan kita mengunjungi Renjun?" Yuta tidak kehabisan akal.

"Ini sudah larut untuk pergi berkunjung.."

Yuta menarik nafas. "Kau harus makan sesuatu, sayangku harus minum obat bukan?" ucapan Yuta kali ini membuatnya mendengar sebuah isak halus pelan.

"Aku tidak sakit.." lirih Winwin.

Yuta ikut berbaring di samping Winwin, memeluknya. "Iya, Maafkan aku.."

Piece Of Happiness | Noren-SungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang