Bonus Chapter : It was a Brave Move

2K 220 11
                                    

Inget cuman fiksi, Happy Reading!!

*

Renjun menimang Logan pelan, Logan masih bayi dan dokter bilang masih belum kelihatan logan mirip dengan siapa. Tapi, rasanya.. Melihat bayi kecilnya, tidak ada satupun hal yang mirip dengan Renjun.

"Mama akan sedih sekali jika logan mirip, Papa.. Mama sudah lelah mengurus Papa dan duplikat kecilnya. Masa mama harus tambah satu lagi.." keluhan Renjun disambut senyum gusi oleh si Bayi.

Renjun akhirnya tertawa. "Astaga, logan paham apa kata mama eung?"

Renjun bersenandung pelan, kembali menimang si kecil. Hingga akhirnya Logan mulai menguap dan mengerjap pelan karena kantuk. Renjun tersenyum kecil saat akhirnya logan tertidur. Pelan pelan, dibaringkan sambil memastikan si bayi nyaman.

Renjun keluar kamar, akhir akhir ini dia merasa sepi. Winwin sudah lama tidak berkunjung. Rasanya memang ada yang tidak beres dengan kakaknya. Pasti ada sesuatu, Hal yang sangat aneh karena biasanya kakaknya itu rutin mengunjunginya minimal seminggu dua kali.

"Haruskah kita yang pergi mengunjunginya?" tawar Jeno tiba tiba.

"uh?"

"Kau mengkhawatirkannya bukan?" tanya Jeno kemudian. "Kau melamun lagi.."

"Kita tidak bisa meninggalkan logan.." balas Renjun pelan.

"Biar aku hubungi eomma untuk menjaganya.." Jeno mengeluarkan ponselnya, belum sempat Jeno menekan nomor sang ibu, Renjun menahannya.

"Kita tidak bisa merepotkannya.." sela Renjun.

"Atau haruskah aku menghubungi Jaemin saja, dia sangat menyukai bayi. Dia tidak akan keberatan.." kata Jeno akhirnya memilih menekan nomor Jaemin.

"Halo, Jaemin? Apa kau sedang sibuk?" tanya Jeno sambil meloudspeaker panggilan mereka.

'Huh? Tidak sih, aku sedang tidak melakukan apapun. Ada apa?'

"Aku ingin menitipkan Lo-" belum Jeno menyelesaikan ucapannya dia bisa mendengar suara rusuh Jaemin disana.

'Aku kesana sekarang!!' lalu sambungan telepon itu terputus.

Jeno dan Renjun saling tatap sebelum kemudian Jeno mengulas senyum. "Lihat? Dia malah sangat bersemangat.."

Renjun terkekeh, "Iya.. Kalau begitu biar aku siapkan peralatan logan baru setelah itu kita berangkat.. Terimakasih, Jeno.." ujar Renjun pelan.

"Apapun untukmu, sayang.." Jeno mengecup bibir Renjun sekilas. "Aku akan panaskan mobilnya.."

*

Renjun menarik nafas, sudah lama dia tidak menginjakan kaki di apartemen ini. Renjun menekan bel beberapa kali sebelum akhirnya pintu terbuka dengan Shotaro yang tampak menguap.

"Paman Renjun? Selamat datang.." Shotaro membuka pintu lebih lebar. "Taro kira Papa.."

"Apa Mama ada di Rumah?" tanya Renjun meletakan bingkisan di meja makan.

Shotaro menggeleng. "Mama pergi sudah dari lama.. Mama, kan sedang sakit.. Mama bilang akan segera pulang tapi dia belum kembali sampai sekarang.." ucapan Shotaro membuat kepala Renjun mendadak kosong.

"Pergi kemana? Taro tahu?" tanya Renjun lagi.

"Taro hyung, paman.." koreksi Shotaro sambil merengut kesal. "Shotaro sudah punya adik, Adik Kei.. Paman lupa?"

"Oh iya, Jadi, Taro hyung tahu Mama pergi kemana? Kalau Mama pergi Kei bagaimana?" cecar Renjun.

"Renjun.." panggil Jeno pelan, mengusap bahunya. "Pelan pelan.."

Piece Of Happiness | Noren-SungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang