58 9 0
                                    

Rumah Riku kini lebih ramai daripada biasanya karena teman-temannya yang datang menjenguk sedang menginap. Kebetulan besok adalah hari sabtu di mana murid-murid Idolish Gakuen libur jadi mereka pun menginap, setelah menelepon orang tua mereka.

Tenn diam-diam tersenyum karena kekhawatirannya terhadap Riku yang mungkin tidak memiliki teman, hilang begitu melihat interaksi sang kembaran yang bisa bercanda bersama teman-teman mereka.

'Kau masih punya teman-teman yang baik Riku.' pikir Tenn saat melihat senyuman Riku yang begitu ia rindukan. Selama 8 tahun mereka tidak bertemu, Tenn awalnya selalu menatap langit untuk melepaskan rasa rindunya.

Riku yang menyadari jika Tenn sedaritadi hanya diam pun menyeretnya masuk ke dalam permainan mereka yaitu uno game. Tenn awalnya hanya menurut namun lama-kelamaan, dia semakin dekat dengan yang lainnya.

'Yokatta jika Tenn-nii bisa punya banyak teman sekarang.' batin Riku saat melihat pertengkaran kecil antara Tenn dengan Gaku.

Seusai makan malam dan permainan malam mereka, semuanya memutuskan untuk menonton film horor bersama di ruang tengah. Setelah menyusun tempat dan menyiapkan camilan, mereka pun mulai serius menonton.

Ryu, Gaku, dan Tenn berada didekat proyektor dan pengeras suara. Momo dan Yuki di dekat teras. Tamaki, Iori, Mitsuki, Sougo, dan Yamato berkumpul di tengah. Riku dan Tsumugi di perbatasan antara ruang tamu dengan ruang tengah, menonton dari laptop karena laptopnya milik Riku. l

Saat sedang serius menonton, tiba-tiba saja ponsel Riku yang ada di meja dekat laptopnya berdering berdering keras. Riku langsung menunda filmnya dan melihat siapa yang menelponnya malam-malam pukul 11.

"Gomen ne. Aku angkat panggilan dulu." Riku mengangkat panggilan dari seseorang dan berdiri dipojok ruang tamu.

"Moshi moshi, Nanase Riku desu."
"..."
"Ha'i, semuanya berjalan lancar tanpa adanya hambatan, Jenderal."
"..."
"Rei ji-san? Masih belum ada kabar, sama seperti 2 tahun yang lalu."
"..."
"Ha? Bukannya mereka ada misi di Afrika ya?"
"..."
"Kurasa hidupku akan 'tenang'. Hah..., wakatta, kapan mereka akan kemari?"
"..."
"Oh besok....eh-BESOK!?!"

Saat Riku berteriak, seluruh penghuni rumahnya bahkan hewan-hewannya terkejut. 'Apa yang membuatnya berteriak sekeras itu?' itulah yang mereka pikirkan sekarang.

Riku menghela nafas kasar dan mengusap wajahnya dengan satu tangan dengan sedikit kasar lalu ia mengacak-acak rambutnya sendiri.

"..."
"Kenapa mendadak? Aku sendiri belum mau bergerak."
"..."
"Ha'i, wakarimashita. Oyasumi mo."

Begitu panggilan selesai, Riku menyimpan ponselnya di saku celana dan duduk dipojok ruang tamu dengan aura aura pasrah dan tertekan.

"Riku-kun? Siapa yang menelpon? Lalu kenapa kau tadi berteriak?" tanya Tsumugi perlahan-lahan mendekat ke arah Riku.

Ia bertanya karena saat menelpon suara Riku benar-benar hanya bisa terdengar si pemanggil saja, jadi dia tidak bisa tahu siapa yang menelpon Riku.

"Jenderal yang menelpon dan dia akan mengirim mereka itu kemari. Aku ingin mundur saja dari organisasi." jawab Riku dengan suara lemah dan aura pasrah yang tinggi masih menyelimuti dirinya, dia pundung.

"Mereka itu bukannya masih di Afrika ya? Kapan mereka akan datang?" tanya Tsumugi sedikit prihatin dengan Riku saat tahu apa yang membuat Riku seperti itu.

"Mereka akan sampai besok siang dan aku harus menjemput mereka. Aku ingin resign saja rasanya jika mereka ada di dekatku." Riku mengambil selimut futon-nya dan membiarkan dirinya pundung dipojokkan dengan menyelimuti dirinya dengannya.

I'm Not My Self | I7 (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang