十一

44 5 1
                                    

"Hiks... hiks... Tou-sama. Jangan tinggalkan Haruka...hiks..." nampak seorang anak usia 5 tahun, yang tak lain adalah Ruka, menangis dibawah derasnya hujan yang mengguyur Kota Tokyo.

Ruka terus menangis di depan sebuah gedung tua dan berharap sang ayah datang menjemputnya.

Namun berjam-jam ia menunggu, sang ayah yang diharapkan tidak muncul juga bahkan hingga hujan mereda setelah 7 jam mengguyur bumi.

Ruka memberanikan diri untuk berjalan untuk menemukan jalan pulang walau dia sebenarnya takut dengan dunia luar.

Ruka berjalan menyusuri jalan setapak hingga dirinya menemui sebuah rumah megah diantara hutan belantara yang membentang.

"Tou-san, sudah Riku bilang untuk memberitahukan Tenn-nii juga. Tenn-nii jadi seperti orang bodoh ketika di meja makan tadi."

"Riku kan jadi tidak tega jika Tenn-nii terus saja diam keheranan. Tenn-nii jika bertanya selalu saja ke intinya, Tou-san." Ruka mendengar suara anak lain yang nampaknya sedang berargumen dengan seseorang, tak jauh dari lokasi Ruka.

"Riku-chan, Tenn-chan kan masih belum memahaminya jadi Tou-san tidak akan menjelaskan apapun yang kita bicarakan tadi. Dia harus memahaminya sendiri karena dia akan menjadi kepala keluarga Nanase berikutnya." jelas pria yang sepertinya ayah dari anak yang bertanya tadi.

"Tapi paman-paman keluarga inti malah percaya jika Riku yang akan menjadi kepala Nanase selanjutnya. Padahal yang paling tua kan Tenn-nii, kenapa paman-paman yang lain lebih setuju Riku sih? " kata anak yang ternyata adalah Riku saat masih berumur 6 tahun.

"Itu karena kau terlihat dewasa dibandingkan kakakmu, Ricchan. Juga kaulah yang pertama mengerti makna dari keluarga kita dan keluarga inti." kata wanita yang ternyata adalah Nyonya Nanase atau ibu dari kembar Nanase, Nanase Rika.

"Tapikan Tenn-nii yang lebih tua daripada Riku, kenapa harus Riku?" nampaknya Riku kecil memang memiliki banyak pertanyaan dipikirannya dan tidak ragu unuk bertanya.

"Kau akan paham seiring berjalannya waktu. Sekarang ayo latihan, kakakmu pulang sekitar jam 4 dan kau hanya punya waktu 2 jam untuk berlatih." kata pria yang merupakan kepala keluarga Nanase atau ayah dari kembar Nanase, Nanase Takeshi.

"Ryokai! Riku akan tunjukkan apa yang sudah Riku pelajari selama seminggu kemarin." ketiganya masuk ke dalam mansion megah yang ada ditengah hutan itu.

Ruka yang sedari tadi mengintip pergaulan antara orang tua dan anak itu merasa iri karena sang ayah tidak pernah perhatian padanya seperti itu, ditambah sang ibu sudah meninggal karena kelahirannya.

Entah angin darimana, Ruka mengendap-endap masuk ke pekarangan mansion tanpa berurusan dengan penjaga dan masuk ke mansion lewat pintu utama yang masih terbuka lebar.

Ruka berjalan perlahan sembari melihat keadaan sekitar kemudian ia sampai di sebuah taman. Ia terpesona dengan keindahan taman itu yang begitu asri, sejuk, tertata, dan menenangkan.

Udara di taman itu terasa hangat, bahkan ada beberapa hewan yang dengan damainya berlalu lalang di taman tersebut.

Ruka terlalu tenggelam dalam keindahan taman tersebut hingga tanpa ia sadari, dirinya berjalan semakin masuk ke dalam taman yang hanya keluarga Nanase saja yang bisa ke sana.

"Hei nak, kenapa kau bisa ada di sini?" suara berat seorang pria langsung menyapa telinga Ruka.

Ruka berbalik ke asal suara dan dia mendapati seorang pria dengan wajah yang tirus, nyaris sama seperti tengkorak jika di pikiran Ruka.

Tatapan dari pria yang tak lain adalah Kujo Takamasa terasa menusuk dan Ruka perlahan berjalan mundur ketika Takamasa mulai melangkah mendekat.

"Ma-maafkan Haruka... Ha-Haruka tidak tahu..." kata Ruka terjeda karena isakannya. Takamasa, walau wajahnya datar seperti dinding, di dalam hatinya dia panik karena membuat Ruka menangis.

I'm Not My Self | I7 (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang