Sebelum baca wajib follow dan vote ya👌
Hati-hati banyak typo bertebaran!
Selamat hari raya idul fitri gusy🙏
Selamat Membaca😉❤
❃❃❃❃❃
"Van."
"Evan."
Laki-laki itu menghentikan langkahnya. Menatap malas Calista yang sudah berdiri disampingnya.
"Apa?!" tanyanya dengan malas.
Calista menampakkan senyum manisnya. "Sebelum sekolah sarapan dulu. Aku udah masakin nasi goreng kesukaan kamu Van," ucap Calista.
"Aku?" bingungnya menatap Calista.
Calista tersenyum. "Kata papi sama suami itu harus sopan."
Devan hanya membalas dengan deheman.
"Sarapan dulu yuk Van," ajaknya menatap Devan.
Cowok itu memutar bola matanya malas. "Gue sarapan dikantin."
Senyum dibibir Calista perlahan pudar. "Aku udah relain bangun lebih pagi buat masakin kamu Van. Kamu makan satu suap aja udah berarti banget buat aku," lirihnya menatap mata nyalang Devan.
"Bukannya itu emang tugas lo sebagai seorang istri? terus sekarang kenapa lo ngeluh?" Devan mengucapkan itu dengan sangat santai.
"Aku gak ngeluh kok. Tapi bisa gak? hargai sedikit aja susah payah aku Van. Satu suap aja gak masalah kok," ucap Calista sembari meremas ujung seragamnya.
"Lo budeg apa gimana sih? gue gak lapar! lagian gue gak nyuruh lo masak kan," balas Devan dengan malas.
Calista tersenyum hambar. "Ya udah gpp. Aku jadiin bekal aja gimana?"
"Ya udah terserah lo, tapi jangan salahin gue kalau nanti gue kasih ke Zidan."
Gadis itu menatap tak percaya ke lelaki dihadapannnya. "Apa senajis itu masakan aku bagi kamu?"
"Gak sudi gue makan masakan seorang pembunuh!" Kata-kata itu dengan mudahnya keluar dari mulut seorang Devan.
Air mata Calista mengalir begitu saja. Rasanya sangat sakit dituduh sama hal yang bahkan bukan dia pelakunya.
"Nangis terus. Itu aja yang lo bisa kan? gak usah merasa paling tersakiti deh, karna disini lo yang berperan sebagai antagonis!" tegas Devan menatap tajam.
"Aku gak sejahat itu Va-n," lirihnya bergetar pelan.
Devan tertawa mendengar itu. "Kaca di kamar gue besar tuh. Sono lo ngaca dulu biar lo bisa lihat siapa jati diri lo!"
Gadis itu menghela nafas, ia menghapus air matanya yang mengalir.
"Udah mau jam tujuh. Boleh gak aku nebeng?" ucap Calista sedikit takut.
"Dih ogah. Lo itu lebih cocok naik angkot," ucap Devan melangkah keluar mension meninggalkan Calista yang mematung disana.
"Kuatkan hamba ya Allah."
~~~~
Brakk
"LISTA..." teriak Viola berlarian menghampiri Calista yang tengah bersandar dikepala brankar Uks. Syukurlah gadis itu sudah sadar dari pingsannya.
Viola menempelkan telapak tangannya di leher, pipi, kening, dagu bahkan bibir Calista.
Calista menjauhkan tangan Viola. "Ngapain sih la?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RENGGANG 《Devan and Calista》
Teen Fiction~RENGGANG~ "Aku memang mencintaimu, bahkan lebih dari mencintai diriku sendiri. Tapi hati aku bukan baja yang tetap utuh saat ditusuk duri. aku gak sekuat itu menanggung beban seberat ini. Aku mengalah, aku tidak bisa melawan takdir. Pergilah bersam...