Jika ingin menambah luka baru,
Setidaknya biarkan luka ku yang lama
Sembuh duluDevan
.
.
.
.
.Calista, gadis itu menangis terisak dimakam sang mama. Bahkan ia tak peduli dengan derasnya hujan mengguyur tubuhnya. Calista hanya ingin mengadu, mengadu betapa sulitnya kehidupan yang ia jalani sekarang.
Calista itu rapuh. Dia gadis yang lemah, hanya saja disaat diluar ia bersikap seolah-olah dia gadis kuat dan galak. Padahal faktanya jauh berbanding.
Siapa yang kuat ditinggal sendirian oleh orang tua secara bersamaan. Calista kehilangan kedua orang tua kandungnya dihari yang sama. Bayangkan saja betapa rapuhnya Calista saat itu, bahkan ia sama sekali tidak mempunyai keluarga lagi. Calista tidak mempunyai sepupu, Ayah dan Bundanya adalah anak tunggal. Kakek dan nenek dari bagian ayah dan bundanya sudah meninggal.
Calista sendiri! gadis itu ditinggalkan sendirian didunia yang penuh suka duka ini.
Hidupnya yang semula gelap perlahan mulai bewarna saat kehadiran keluarga Devan yang dengan ikhlas merawatnya hingga sebesar sekarang. Calista dirawat sejak umur sepuluh tahun. Kurang lebih sudah tujuh tahun dia tinggal bersama keluarga Devan.
Kebahagiaan yang semula muncul sekarang mulai kembali sirna. Mama nya meninggal dibunuh, dan parahnya Devan malah menuduhnya sebagai pelaku. Hancur, sakit, kecewa semuanya bercampur dihari itu.
Devan yang dulu memperlakukannya dengan sangat lembut justru sekarang berbanding terbalik. Devan yang dulu sudah hilang entah kemana. Dan Calista merindukan Devan yang lama.
"Dituduh sama hal yang gak pernah kita lakuin itu sakit banget kan ma? Calista terluka ma. Aku juga kehilangan mama, tapi kenapa Devan malah nuduh Calista. Devan yang sekarang bukan lagi Evan yang kita kenal ma. Dia berubah..."
Calista menghapus air matanya. "Kenapa aku cuma diizinin bahagia sebentar aja ya ma? dulu Calista hancur banget saat kehilangan Bunda sama Ayah dihari yang sama. Tapi mama datang seakan-akan memberikan warna dikehidupan aku yang semula gelap. Aku bahagia banget waktu itu ma, apalagi ada Devan. Aku berasa punya abang, walau dianya rewel dan cerewet banget."
Gadis itu tertawa pelan jika mengingat bagaimana Devan yang dulu. "Tapi kenapa Tuhan cuma ngizinin aku bahagia sebentar aja ya ma? kehidupan aku yang berwarna sekarang mulai gelap lagi. Calista ngerasa capek ma, Calista gak nyerah kok. Cuma bolehkan kalau aku ngeluh?"
"Calista..."
Calista mendongak saat namanya dipanggil dan dirinya juga merasa tak ada air hujan yang mengenai tubuhnya lagi. Mata teduhnya menatap Arga, papanya yang datang dengan payung ditangannya.
"Kenapa hujan-hujanan Calista? papa gak larang kamu buat ziarah ke makam mama, tapi jangan saat hujan juga. Nanti demam gimana?" ucap Arga terdengar begitu khawatir.
Calista tersenyum sembari berdiri menatap sayu wajah Arga. Setidaknya Calista hanya bersyukur disaat Devan menuduhnya justru masih ada Arga yang begitu percaya kepadanya.
Calista menghapus air matanya. "Papa kok ada disini?"
"Papa pengen ziarah tapi hujan. Niat papa pengen nunggu hujan reda dulu, tapi karena papa ngeliat kamu makanya papa lansung kesini," jelas Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENGGANG 《Devan and Calista》
Teen Fiction~RENGGANG~ "Aku memang mencintaimu, bahkan lebih dari mencintai diriku sendiri. Tapi hati aku bukan baja yang tetap utuh saat ditusuk duri. aku gak sekuat itu menanggung beban seberat ini. Aku mengalah, aku tidak bisa melawan takdir. Pergilah bersam...