EPISODE 4: VILLAIN DIES

9 1 0
                                    

WARNING! LGBTQ tendency, erotism. Read at your own risk.

Kecurigaan Tuan Bellarue atas keberadaan istri dan anaknya berbuah tragedi. Lelaki berjanggut pirang tipis itu tak sanggup menahan emosinya kala daun pintu dibuka lebar.

Pupil-pupilnya bergetar dalam ketidakpercayaan. Tentu, yang berbaring di lantai bersimbah darah itu bukan istri dan anaknya, kan?

"Keparat! Sayang! Sialan. Tolong, tolong!" teriakannya menggema tanpa jawaban di malam yang sepi.

Sementara itu, Kristine merengkuh Lea seerat yang ia bisa. Peluh membanjiri mereka, membuat helai pirang dan legam hampir merekat ke satu sama lain. Gaun-gaun mendingin dengan tembok dan lantai marmer. Bercak darah Nyonya Bellarue dan Ross Bellarue mewarnai kulit pucat Lea, kontras dengan iris biru Lea.

Entah intimasi atau adrenalin, Kristine tiba-tiba saja melumat birai tipis adiknyaㅡsatu-satunya manusia yang berbagi kisah dan rasa dengannya. Gadis itu, seumur hidupnya, hanya mengenal Lea sebagai orang terkasih dan terpercayanya. Cinta dan kasih yang membuncah dalam tiap degup jantungnya hanya dapat ia salurkan pada Lea. Ciuman tadi hanyalah satu dari sekian banyak bentuk cintanya pada sang adik. Abnormal dan keliru, tapi siapa peduli? Mereka berpotensi baru saja menghilangkan dua nyawa, menambah satu dosa lagi tak akan mengubah penilaian Dewan Anak Bulan Suci atas dosa-dosa mereka. Apapun yang terjadi, jika sempat diadili, mereka pasti mendapat hukuman paling keji. 

Kebingungan, Lea mengernyit. Namun, didapatinya rasa hangat dan aman menjalar dari pagutan mereka. Panggil ia jalang gila yang kotor, seorang pendosa payah, atau apapun itu, tapi kontak fisik itu membuatnya candu.

Elusan ke rambut, ke pinggul Lea yang mulai berisi, dan ke bongkah pucat yang membingkai tulang belakangnya merajai. Kristine separuh tak sadar saat melakukannya. Ia bingung dan dikerubungi kekhawatiranㅡbagaimana jika setelahnya, ia tak bisa merasakan kehadiran Lea lagi?

Setelah emosinya reda dan akalnya kembali, Kristine sadar kalau mereka tak mungkin melarikan diri.

Di tengah pergumulan dua kakak-beradik itu, langit dunia bawah sepenuhnya ditelan malam. Lea mengejang, sementara Kristine menikmati pemandangan paling indah yang pernah dilihatnya. Tak ada kata, hanya lenguhan puas bentuk kagum atas erotisme adiknya.

Belum sepenuhnya mereka pulih dari puncak kepuasan, pintu melayang terbukaㅡterbanting. Kristine limbung dan Lea hanya menatapnya lurus. Keduanya bergeming kala teriakan-teriakan dan perintah diam memenuhi ruangan.

"Jalang sialan! Beraninya kalian menyakiti keluargaku!" kutuk Tuan Bellarue. Kristine hampir lupa apa yang terjadi beberapa menit lalu. Sungguh, gemulai erotika adiknya menyedot setiap akal sehat gadis itu.

"Aku akan pastikan kalian membusuk di penjara!" Lagi, suara Tuan Bellarue dipadati amarah. Lea hanya menunduk, menurut saat disampirkan selimut dan digiring keluar dari ruangan.

Saat kaki telanjangnya menjejak genangan darah Nyonya Bellarue, Kristine tersenyum samar. Baginya, ini adalah kemenangan pertama yang paling memuaskan.

Mereka digiring ke pos polisi terdekat untuk diamankan. Sementara itu, Tuan Bellarue mengamankan diri sendiri ke kerabat terdekat. Mentalnya jatuh, emosinya campur aduk. Dalam saat-saat seperti ini, ia berharap tak punya posisi sebagai bangsawanㅡhanya agar bisa membalas dendam saat itu juga.

Oh, tapi semuanya tak berjalan mulus bagi Kristine dan Lea.

Di akhir masa tahanan sementara, mereka harus dipisahkan. Kristine ditempatkan di rumah sakit jiwaㅡbuah tuduhan sebagai dalang dari pembūnuhan berencana. Lea mendapat hukuman penjara 12 tahun, sebelum akhirnya bebas memulai kehidupan barunya.

Namun, yang terburuk adalah masa-masa tanpa Lea. Tentu saja, yang terburuk adalah saat-saat meregang nyawa sendirian.

to be continued.

MARIPOSA CRIPT: HOW TO DISMANTLE A BODY AND HAVE SEX PER SETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang