EPISODE 18: TRUST TERROR

2 1 0
                                    


"Ahh!" Kurao meraung. Ini bukanlah apa yang ia bayangkan saat Aimi bilang akan menuntun penjajakan Shibarinya pelan-pelan.

Kulitnya panas karena bergesekan dengan tambang. Meski hanya bagian dada dan alat gerakㅡitupun diperantarai kain linenㅡKurao merasa syaraf-syaraf kulitnya terbakar.

"S-sayang, aku rasa ini melewati kemampuanku," desis Kurao, melempar tatapan panik ke arah Aimi.

"Benarkah? Ini baru permulaan, Sayang. Aku bahkan tak menarik talinya dengan mesin," jawab Aimi penuh keheranan. Di satu titik, Kurao yakin Aimi memicing dan mempertanyakan kemampuan bertahannya.

"Ma-maaf. Aku akan mencoba menahan rasa sakitnya." Kurao mempersembahkan senyum terbaik meski rahangnya mengetat. Darah-darahnya seolah beku di tempat. Kepalanya ngilu seperti menyantap terlalu banyak es krim dalam satu suapan.

Tanpa mengulur tambangnya, Aimi bergerak ke mesin penggulung. Tuas dingin dari besi itu ditekan dan tubuh Kurao naik hingga hampir menyentuh tiang penyangga.

Aimi mengambil gunting besar. Lalu, dengan telaten, mulai melucuti jubah dan celana yang dikenakan kekasihnya. Tanpa adanya sehelai kain pun di tubuhnya, Kurao hampir yakin tambangnya beracun dan mematikan.

"Ahh- aah!" geram Kurao tak berarah. Matanya memicing dan berair. Hatinya mendadak kehilangan keyakinan dan kepercayaan pada Aimi.

Namun, satu kecupan intim menyapa bibirnya dan Kurao seperti mendapat sokongan atau motivasi baru.

"Aimi-san, ini sakit sekali," bisik Kurao di depan birai kekasihnya. "Ta-tapi aku akan menahannya untukmu."

"Bagus, Sayang. Aku sangat mencintaimu," balas Aimi, jemarinya mengusapi rahang dan pundak Kurao yang memerah karena iritasi.

Sejenak saja, Kurao merasa tersiram kedamaian. Ia hampir tenggelam dalam tenang kalau saja irisnya tak mendapati jerigen aneh yang tiba-tiba diangkat Aimi.

"Sayang, apa itu?"

"Oh, hanya campuran beberapa hal untuk kau minum."

"Maksudnya? Kita tak pernah setuju soal itu."

"Kurao-san, ingatlah, Shibari adalah tentang percaya dan kejujuran. Apakah kau sedang tak percaya padaku saat ini?"

Sulit mengakuinya, tetapi Aimi benar. Kurao merasa ingin kabur sangat jauh saat ini. Ia berada dalam posisi paling tak berdaya seumur hidupnya, menyerahkan nasibnya di tangan Aimi seorang. Lalu, sang pemegang kendali membawa hal tak terduga. Siapapun pasti akan ketar ketir, bukan?

Sementara Kurao berkelahi dengan pikirannya sendiri, Aimi sudah setengah jalan untuk menyuapkan corong plastik ke mulut kekasihnya.

Kurao terkejut. Jantungnya berdegup tak beraturan dan napasnya mendadak salip-salipan. Kulitnya yang semula terasa panas, kini menggigil ketakutanㅡterutama saat ia menghirup aroma familiar dari jerigen yang disodorkan.

Kurao yakin sekali Aimi ingin membunuhnya.

"Ah, maafkan aku, Sayang. Ada beberapa hal yang luput kujelaskan," buka Aimi, tangannya sibuk merapikan posisi corong di mulut Kurao.

"Pertama, aku benci laki-laki, terutama jika mereka lemah dan penurut," jelas Aimi, jarinya menggaruk dagu Kurao. Matanya menatap lekat iris kekasihnya, seolah meresap tiap teror dalam sel-sel mata Kurao.

"Kedua, Shibari memang seni yang sangat indah. Permainan kekuasaan dan kendali adalah hal yang menyenangkan. Namun, Shibariku memiliki tujuan sendiri."

Tepat saat Aimi mengarahkan moncong jerigen ke mulut corong, Kurao mengerang sekeras mungkin.

"Shibariku ada untuk melumpuhkan kebencianku pada laki-laki. Sayangnya, dengan melenyapkan mereka."

Setelah yakin semua isi jerigen itu masuk ke kerongkongan Kurao, Aimi melepas corong. Tubuh Kurao kejang-kejang, lelaki itu yakin perutnya bocor dan otot-ototnya meleleh. Matanya bergulir ke belakang dan mulutnya berbusa.

"Selamat tidur, Kurao Maki, Sayangku."

to be continued.

MARIPOSA CRIPT: HOW TO DISMANTLE A BODY AND HAVE SEX PER SETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang