EPISODE 6: ALTAIR

4 1 0
                                    

WARNING! intimacy, erotism, 18+. Read at your own risk.


Matsushita sangat apik dan telaten dengan koleksinya: jejeran toples bening yang diwarnai cairan-cairan pengawet berisi hal-hal sentimetal. Malam ini, pria yang akrab disapa Matsu itu membawa pulang calon koleksi baru.


"Ah! Aah!" erangan putus-putus memenuhi ruangan temaram. Gadis berkulit tembaga dan bermata cokelat terang tengah tunduk pada kuasa Matsu.

Rambut terurai ke belakang, leher bersemburat merah yang menjiplak jemari Matsu. Pantat rekah yang dihiasi jejak-jejak tamparan dari lelaki keturunan Jepang yang telah lama turun ke jantung Mariposa Crypt. Gadis itu tampak terlalu indah untuk menjadi nyata.

Di jantung Mariposa Crypt, seorang Matsushita bisa mendirikan kuilnya sendiri. Bahkan, ia bisa membawa siapapun masuk atas kehendaknya. Ia juga bebas memuja apapun dan siapapun. Lalu, siapapun bisaㅡdengan semerdekanyaㅡmenghias rumah pemujaan dengan gaya apapun.

Rumah Matsu contohnya: atap bak kuil-kuil tua di Jepang, dinding merupa perkawinan kayu dan marmer, serta lantai keramik putih yang selalu tampak bersih. Dalam sekali lihat, siapapun akan mengira kuilnya adalah hunian modern-retro alih-alih tempat ibadah.

Namun, bagi Matsu sendiri, tempat ini adalah segalanya: museum, kuil, rumah, sekaligus penjara. Tempat teraman sekaligus tempat paling penuh bahaya.

"Auuh!" lenguhan panjang lolos dari gadis tadi sementara Matsu mengobrak-abrik liang senggamanya. Tangannya kini tak hanya bersarang di leher, tetapi juga mencengkram pinggul gemulai gadis itu.

Usai mencapai puncak pertama, Matsu masih merasa kurang. Selayaknya penggemar hidangan asin yang kebayakan menyantap gula, Matsu keranjingan mencicipi daerah-daerah intim suguhan di hadapannya.

Jilatan, hisapan, dan lumatan manja menyasar lekuk-lekuk tubuh gadis itu. Sesekali, desis lirih terdengar dari mulut Matsu. "Jiran ... Jiran ... Jiran."

Tungkai padat berisi Jiran ditekuk dan dilebarkanㅡMatsushita mempersilakan diri sendiri pada selangkangan gadis itu. Di matanya dan di benaknya, bersenggama dengan Jiran adalah hidangan pembuka.

Bulu-bulu halus kecokelatan beradu dengan pengecapnya. Aroma manis dan gurih menyerang faringnya. Satu gadis untuk banyak kemungkinan. Satu gadis untuk menyuapi banyak fantasinya.

Saat Jiran mengeja tiap kenikmatan yang bersarang, ia luput dari kekejian yang akan datang.

Matsu beringsut, menghadiahkan sebuah kecupan lembut ke bibir Jiran sebelum beranjak.

"Oh, mau tambah properti malam ini? Sungguh nakal," goda Jiran, ada kekehan kecil yang menyusul kalimatnya.

Matsu hanya tersenyum pada diri sendiri dan menghitung dalam hati: satu, dua, tiga, hantam. Satu, dua, tiga, hantam.

Sebuah tongkat besi dilayangkannya tanpa aba-aba. Jiran memekik, pupilnya bergetar cepat oleh rasa ngeri, tangannya dengan cepat melindungi kepala.

Namun, serangan tadi justru mengarah kepala kasur. Kayu yang terdamprat tongkat tadi hancur tak berdaya. Matsu tertawa. "Hanya bercanda!" serunya dengan mata membuka lebar dan senyum jenaka.

Jiran berusaha tertawa, meski alisnya menekuk dalam dan syaraf-syarafnya tak nyaman. "Bercanda? Kau gila!"

"Gila? Kau sungguh berpikir aku gila?"

Selama beberapa detik yang mencekam, mereka bertukar pandang. Keheningan menggantung di udara. Matsu benar-benar memuja keindahan Jiran, begitu juga sebaliknya. Namun, jantung Mariposa Crypt menggaungkan tragedi dan perenungan. Mustahil bagi satu jiwa tetap suci dan utuh di tempat ini.

Begitu juga milik Matsushita.

to be continued.

MARIPOSA CRIPT: HOW TO DISMANTLE A BODY AND HAVE SEX PER SETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang