EPISODE 13: TIED SWAN

6 1 0
                                    

Memiliki mobil van dan trailer memang keputusan yang tepat. Jeon Ma, untuk kesekian kalinya, mengangguk-angguk sambil tersenyum banggaㅡmenyetujui dirinya sendiri.

Sejak kecil, Jeon Ma selalu menganggap rumah dengan halaman luas adalah kutukan. Terutama, jika rumahnya terbuat dari bata dan marmer. Semuanya hanya tampak seperti keegoisan dan narsisme semata. Usaha-usaha untuk tampak mencolok itu hal yang absurd baginya.

Bodohnya, memilih mobil van dan trailer alih-alih rumah di jantung Mariposa Crypt justru merupakan tindakan yang sangat mencolok. Sebab, hampir semua orang berlomba mendapatkan gedung layak huni dan dataran jantung Mariposa Crypt diwarnai gedung-gedung tinggi serta mewah yang hampir selalu berkesan parlente kalau tidak maksimalis.

Jeon Ma sangat suka segala sesuatunya essensial dan efektif: sedikit, tapi berguna itu lebih baik.

Lelaki itu memang menahan Sawaki Onā di van miliknya yang diisi karpet, kursi, lemari, dan beberapa peti berisi peralatan elektronik serta mainan seksㅡhobi-hobinya. Walau begitu, setelah mencapai kesepahaman atas 'pernikahan' mereka tempo hari, Jeon Ma memutuskan untuk membersihkan Sawaki Onā dan membawanya tinggal di trailerㅡbagian mobil lain yang menjadi poros utama rumahnya.

Kini, gadis itu menyembahnya bak dewa. Sawaki Onā selalu tersenyum dan menuruti perkataannya; memperlakukannya dengan hati-hati dan santun; menghormatinya lebih dari siapapun. Bahkan, dalam situasi dewasa, Sawaki Onā selalu tampak tergila-gila dengan alat vitalnya. Bagi Jeon Ma, pernikahan ini hampir mendekati sempurna.

Jeon Ma mendadak merasa bangga atas keputusannya menjebak Sawaki Onā beberapa hari lalu.

Menjebak salah satu gadis di jantung Mariposa Crypt bukannya sesuatu yang sulit bagi Jeon Ma. Terutama, jika gadis itu pendatang, tak mengenal wilayah, dan mabuk.

Saat melihat pipi berisi, tungkai jenjang berbingkai heels tinggi, dan pinggul sehat yang menjadi lekuk molek di tubuh kurus Sawaki Onā, Jeon Ma langsung tahu kalau ia harus memiliki gadis itu.

Namun, jika kalian membayangkan kehidupan suami-istri mereka akan berjalan manis dan romantis, maka bersiaplah kecewa.

Jeon Ma tak bisa menjadi pahlawan semu untuk Sawaki Onā, begitu juga sebaliknya. Sawaki Onā terlalu waras untuk menjebloskan dirinya dalam hubungan berbasis Sindrom Stockholm.

"Istriku," panggil Jeon Ma. Sawaki Onā menyambutnya dengan tolehan kepala. Ya, sebatas tolehan kepala karena hanya itu yang dapat dilakukannya.

Kedua lengan dan tungkai Sawaki Onā saat ini diikat ke tepian ranjang. Matanya ditutup kain hitam, mulutnya dipasangi salah satu mainan favorit Jeon Ma.

Gadis malang itu terbaring telanjang dan tanpa kesempatan melawan. Jantungnya berdegup tak beraturan karena ketidakberdayaan.

"Nnnh," dengus Sawaki Onā sebagai jawaban, membuahkan senyuman sumringah di wajah Jeon Ma.

Kali ini, Jeon Ma mengangkat pecutan. Lalu, dalam sekali layang, tepian alat tersebut memberi berkas merah cerah di area bawah Sawaki Onā. Meski lelaki itu adalah seorang penyihir yang cukup sohor pada masanya, ia lebih suka menggeluti hobinya tanpa sihir.

Jeon Ma menyenangi permainan kekuasaan, terutama jika ia memenangkannya. Hitam-putih status keberdayaan selalu menggairahkan baginya. Lihat saja, betapa antusias alat vitalnya saat ini.

Lagi, pecutannya mengarah kulit langsat Sawaki Onā, membuat semburat hijau arterinya berpadu luka kemerahan.

Setelah puas meninggalkan bekas-bekas perlakuan dengan alat, Jeon Ma beralih metode. Sekarang, mulutnya rakus melahap titik-titik sensitif Sawaki Onāㅡmembuahkan suara-suara menikmati sekaligus khawatir dari gadis itu.

Lalu, setelah Sawaki Onā mengencingi dirinya karena takut dan antusias biologis, Jeon Ma lagi-lagi menyetubuhinya tanpa ampun.

Ini berlangsung terus menerus hingga Sawaki Onā tak menghitung lagi. Oh, tapi Jeon Ma sangat rapi dan telaten: ia menghitung dan mengabadikan setiap momennya dengan gadis itu.

to be continued.

MARIPOSA CRIPT: HOW TO DISMANTLE A BODY AND HAVE SEX PER SETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang