EPISODE 15: RELEASED

3 1 0
                                    

Gaun satin selututnya bercorak merah. Percikan-percikan halus dan kasar bahkan mampir ke wajahnya.

Seluruh tubuh Sawaki Onā bergetar. Pupilnya berderak kanan-kiri saat menatap Jeon Ma bergelimang darah. Aroma amis menyakiti syaraf-syarafnya. Sawaki Onā hampir yakin seseorang menggedor-gedor tempurung kepalanya hanya karena bau mayat di depannya.

Kondisi Jeon Ma tampak naas dan menyedihkan. Lelaki yang mulanya tampak kokoh dan mengerikan di mata Onā kali ini lebur bersama kebohongannya menjadi genangan merah-hitam. Selesai sudah kisah pernikahan mereka.

Kalau dalam kidung asmara atau kisah serial romansa-tragedi, Onā mungkin diceritakan membersihkan semua ini dan pergiㅡmemulai hidup baru. Namun, kenyataannya, tungkai gadis itu bahkan terlalu lemas untuk beringsut. Ia dudukㅡbersimpuhㅡdan hanya bisa menangis dalam diam.

Semua energi hasil lonjakan adrenalinnya telah raib. Saat ini, Onā hanya memiliki hormon-hormon penghasil air mata. Ia tenggelam dalam kepanikan yang justru melumpuhkan otot-ototnya.

Isakan mulai terdengar setelah beberapa menit Onā meratap tak tentu arah. Gadis itu mulai kembali ke dunia nyata dan sadar bahwa sesuatu harus dilakukan.

Wajah Jeon Ma tak merupa lelaki gempal yang sempat sumringah karena menikahinya secara sembrono. Rahangnya miring dan terbuka, menampilkan deret gigi yang lepas atau miring di beberapa lokasi. Kelopak mata Jeon Ma terbuka dengan posisi yang canggung. Darah segar yang tadi buyar dari kepala Jeon Ma sekarang telah surut, membentuk kolam khusus di sekitar mereka.

Tangan Sawaki Onā tak sengaja beristirahat ke beludru yang dibasahi darah Jeon Ma. Sepenuhnya, telapak tangan Onā dihiasi darah lelaki itu. Ia mengangkat tangannya, menatap telapaknya seolah tengah menelisik garis takdirnya sendiri.

Lalu, di tengah gemeletuk giginya sendiri yang menggigil ketakutan dan cemas, terdengar embusan nada. "Twinkle twinkle little stars. How I wonder where you are."

Onā sering menyanyi di tengah gugupnya. Sebaris, dua baris lagu yang didendangkan sendiri biasanya menenangkan hati dan tubuhnya. Lagu apapun itu, Onā selalu merasa seratus kali lebih baik setelah bernyanyi dan melepas dirinya dari realita.

Begitu pula saat ini, Onā bernyanyi. Dimulai dari lagu kanak-kanak hingga lagu pujian-pujian pada Bulan Suci yang paling jarang ia persembahkan.

Gaunnya terseret lembut saat Onā beranjak bangkit. Tepian kain satin itu tak lagi putih bersih dan membuatnya tampak lugu. Alih-alih, Onā tampak sureal dan mendebarkan. Wajahnya lebih kuyu dari beberapa hari lalu, tapi ada pancaran kepuasan seorang pemenang dari wajahnya setelah berhasil membalik situasi dengan Jeon Ma.

Di tengah salah satu lagu pujian, ia mendengar Jeon Ma tersedak. Konon, itu pertanda jiwa seseorang akhirnya meninggalkan raganya. Onā berbalik, menatap Jeon Ma yang menyedihkan sekali lagi. Lalu, diraihnya ketel berisi teh panas dan dilemparkannya ke wajah kaku lelaki itu.

"Rasakan itu, dasar sampah!" geramnya, disambung kibasan halus ke rambut panjangnya.

Setelahnya, gaun satin dilucuti. Sawaki Onā bahkan tak mencoba mencari pakaian lamanya, ia hanya melangkah keluar dari trailer dan menatap langit. Satu tarikan napas panjang dinikmatinya sambil tengadah pada Bulan Suci. Gurat wajahnya lega dan tubuhnya tak lagi bergetar dalam cemas.

Untuk pertama kalinya dalam hidup Sawaki Onā, ia merasa menang, mampu, dan bebas.

end.


MARIPOSA CRIPT: HOW TO DISMANTLE A BODY AND HAVE SEX PER SETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang