EPISODE 19: CLOSURE

1 1 0
                                    

Shibari adalah perjalanan hidup Aimi. Sama seperti pekerjaan lainnya, Shibari menyuguhkan jenjang karir. Untuk memanjat tangganya, dibutuhkan prinsip teguh dan ketelatenan lebih. Aimi, dalam semedinya, merasa sangat sejalan dengan seni Shibari.

Wanita paruh baya itu mendapat ilhamnya atas Shibari saat beranjak remaja. Saat itu, kepolosannya hilang di bawah kungkungan Junsuki-sanㅡpamannya sendiri.

Setelahnya, Aimi mencemplungkan diri ke berbagai pertunjukan dewasa. Jika diingat kembali, hidupnya tak pernah jauh dari prostitusi dan produksi adegan-adegan film biru.

Mengapa? Alasannya sederhana: karena begitulah cara cepat menimbun harta di dunia Jepang modern. Salah, bukan hanya di dunia Jepang modern, tapi hampir di sepenjuru dunia.

Bahkan saat beberapa tahun lalu mengungsi ke jantung Mariposa Crypt, cita-cita dan perasaan Aimi terhadap Shibari tak pernah berubah. Namun, ia paham kalau rasa bencinya pada laki-laki adalah mutlak. Sayang sekali, Kurao adalah laki-laki.

"Aku benar-benar menyayangimu, Sayang," bisik Aimi di telinga Kurao. Tubuh laki-laki itu sudah berhenti kejang-kejang beberapa detik lalu.

Dengan napas sekaratnya, Kurao menjawab, "Ke-kenapa begini akhirnya?"

Aimi sendiri tak tahu. Ia mencintai jiwa Kurao. Kalau saja Kurao Maki tidak terlahir dengan penis dan buah zakar, Aimi mungkin akan betah bersamanya.

Namun, hari-hari bersama Kurao memicu ingatan dengan Junsuki-san dan teman-teman ayahnya. Ia merasa kotor tiap menghabiskan waktu bersama Kurao.

"Inilah Shibariku, Sayang," jawab Aimi. Tatapannya sendu sekaligus pasrah. "Maaf aku tak menjelaskannya padamu, tapi aku mempersembahkan diriku pada prinsip ini."

Di detik-detik akhir hidupnya, Kurao tak pernah membayangkan akan mengalami patah hati paling menyakitkan. Air matanya merembes tanpa diminta. Isakannya berlomba dengan desis busa yang terus membumbung dari mulutnyaㅡia bahkan kehilangan energi untuk meludah.

"Kalau boleh, aku ingin ciuman perpisahan," pinta Kurao dengan bibir bergetar.

Bukan salah Kurao karena terlahir sebagai lelaki. Bukan pula salah Aimi karena terlahir sebagai wanita. Juga, bukan salah siapapun karena mereka bertemu dan jatuh cinta.

"Jika saja waktu bisa diputar balik ...." Aimi paham perasaan menggebu dan nelangsa yang menggerogoti dirinya saat ini. Walau begitu, tak mudah baginya untuk menyerah di jalan ini. Bagaimanapun juga, Shibarinya lah yang telah menyelamatkannya dari palung tergelap dalam hidupnya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Aku jatuh hati padamu, pada hubungan kita," ujar Kurao, tergagap dengan kata-katanya sendiri. Senyum tulus mengambang di wajahnya yang penuh nyeri.

"Aku senang sekali dengan kebersamaan kita. Meski sebentar," sambung Kurao. Kali ini, lidahnya terasa kelu. Artikulasinya mulai terdengar tak luwes.

Di usia lanjutnya, Aimi tak pernah menyangka akan jatuh hati pada daun muda. Ditambah juga, menangisinyaㅡmenangisi takdir dan nasib buruk mereka.

"Aku juga, Kurao. Aku juga menyayangimu."

Esoknya, Aimi ditemukan berbaring di lantai dengan Kurao dalam rengkuhannya. Pihak berwajib memutuskan melempar Aimi ke dunia bawahㅡmemasukkannya ke panti rehabilitasi dan kerohanian.

Aimi tak dapat menyerah pada Shibari, begitu juga pada Kurao Maki. Ia tak pernah menyerah pada doanya: agar Bulan Suci memberikan mereka kesempatan bersama di kehidupan selanjutnya.

the end.

MARIPOSA CRIPT: HOW TO DISMANTLE A BODY AND HAVE SEX PER SETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang