chapter 4 : chef javas

3.6K 374 71
                                    

- happy reading -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- happy reading -

Langit mendung sore ini bisa menggambarkan bagaimana perasaan seorang Nayaka Wiratama. Pipi gembil nya basah, hidung mampet dan suara nya sedikit serak.

"Udah dong ya, jangan nangis terus." Ranjaya mengusap punggung Nayaka yang terus saja menangis.

"Mau mampir beli jajan? Atau mau main di taman?" Ajak Javas.

"Hiks...huaaa!! mas dadaa!!"

Tangis nya kembali terdengar ketika mengingat kejadian beberapa saat lalu dimana kakak sulung nya pamit untuk pergi lagi.

Tadi saat Mavendra menjauh dengan membawa beberapa koper besar, kakak sulung nya itu melambai dengan senyuman manis. Nayaka hanya bisa menangis melihat nya.

"Nanti Mas Mavendra pulang kok, sementara Yaya sama kak Raja, kak Javas sama kak Harzan dulu." Ujar Harzan.

"Tuh kan hidung nya mampet." Ranjaya mengambil banyak tisu untuk membersihkan hidung yang penuh lendir milik Nayaka.

"Ini mau mampir dulu apa gimana?" Tanya Javas selaku pengemudi.

"Belanja dulu Jav, tadi gue liat habis semua bahan makanan." Jawab Ranjaya.

Javas hanya menurut.

"Udah ya, dari tadi nangis terus." Ranjaya sudah bingung mau menenangkan bocah di pangkuan nya ini dengan cara apa lagi.

Di sepanjang perjalanan mobil di penuhi oleh tangisan Nayaka yang tak kunjung reda. Ketiga anak kembar itu sampai khawatir dengan keadaan tenggorokan Nayaka.

Setelah memarkirkan mobil nya Ranjaya memberikan Nayaka kepada Javas, mungkin saja dengan Javas bocah itu akan kembali tenang.

Harzan mendapat tugas membawa troli belanja dan Ranjaya yang memilih bahan makanan nanti. Sedangkan Javas akan menjaga Nayaka sementara kedua nya belanja.

"Udah nangis nya?" Suara dingin Javas terdengar jelas di telinga Nayaka.

Bocah itu terdiam, takut dengan wajah kakak nya itu.

"Udah belum? Di tanyain bukan nya jawab malah diem, punya mulut kan ya?"

"U-udah"

Javas membenarkan posisi gendongan Nayaka agar bocah itu tak kesakitan dan nyaman.

"Sedih boleh, tapi jangan berlebihan. Ngga kasihan sama kak Raja?  Dari tadi nangis terus. Iya, kakak tau kalo Yaya lagi sedih, tapi jangan berlebihan."

Nayaka hanya bisa terdiam.

Jika saat ini Harzan atau Ranjaya yang tengah menasehati nya sudah di pastikan jika Nayaka akan memberontak dan kembali nangis.

NAYAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang