1

1.9K 123 5
                                    

Winneza Hazelio Bimantara, ia merupakan anak dari seorang pengusaha terkenal di sebuah perusahaan Lembaga Keuangan terbesar di seluruh negara dan ayahnya menjabat sebagai CEO's di perusahaan tersebut. Ia bersekolah di Kwangya High School International bersama teman-temannya yang ikut serta menemani Winneza dari kelas 1 hingga kini menginjak kelas 12 yaitu bernama Nizhea, Joanne, Yuzean.

Saat ia mulai duduk di bangku kelas 1, ia adalah seorang introvert atau tidak mudah bergaul dan berbaur dengan siapapun. Kehidupannya sepi dan itu tidak memungkirinya, ia juga suka menyendiri sekaligus menyibukkan dengan kegiatannya sendiri. Namun setelah beberapa hari kemudian, ia menemukan seorang teman yang se-frekuensi dengannya dan ia sangat senang sekaligus merasa bersyukur memiliki teman yang masih ingin bergaul serta berinteraksi dengan seseorang yang bernama Winneza. Sejak saat itu, kehidupannya menjadi lebih bersemangat dari yang sebelumnya dan tidak merasa kesepian lagi. Mereka selalu bersama setiap ingin bepergian kemana-pun tempat yang mereka kunjungi.

Seiring berjalannya waktu, ia merasa separuh hatinya memiliki sebuah ruang yang kosong entah apa penyebabnya. Semenjak bersama teman-temannya, ia sangat senang dan penuh ceria sehingga dapat menghabiskan waktunya untuk sekedar bermain. Namun permasalahannya bukan itu, lantas apa? Apa ia membutuhkan sosok seseorang yang selalu ada di sampingnya ketika ia jatuh terpuruk sehingga kembali menjadi seseorang yang menyendiri lagi? Entahlah, ia berharap dapat menemukan seseorang yang mengerti dengan segala keadaannya sekaligus menerimanya dengan perasaan yang tulus dan bukan paksaan.

Setelah berbulan-bulan ia menginjak di bangku kelas 1 bersama teman barunya, ia sempat melihat seorang perempuan berambut panjang berwarna hitam gelap dengan model rambutnya yang nampak begitu sehat serta sorotan mata tajamnya yang mampu mengintens seluruh orang yang ada di sekitarnya. Ya, perempuan itu bernama Kathrina Michelle Juanendra. Ia selalu memperhatikan di setiap gerak-gerik perempuan itu dimana-pun ia berada hingga ia tersadar, bahwa ia menyukai sosok perempuan bermata tajam dan sifatnya yang sedikit misterius sekaligus susah untuk ditebak.

Winneza Pov :

Aku terbangun dari tempat tidurku bahwa jam telah menunjukkan pukul 06.00 pagi, sedangkan waktu jam untuk berangkat ke sekolah adalah pukul 07.00 pagi dan aku bangkit dari tempat tidur untuk membersihkan seluruh badanku. Setelah itu, aku mengenakan seluruh seragam sekolah dengan rapi dan tidak lupa untuk menyisir rambut pendekku sekitar diatas bahu yang berwarna hitam ditambah poni rambut yang menutupi keningku tepat mengenai kedua alisku membuat tatanan rambutku jauh lebih bagus dan sempurna dari yang sebelumnya dan tidak lupa untuk menggunakan make-up sederhana agar tidak terlihat pucat. Aku segera membawa tas-ku berjalan keluar dari kamar sehingga turun dari anak tangga dengan hati-hati, ketika Bundaku berulang kali terus memanggil namaku untuk melakukan sarapan bersama dengan Ayahku.

Sesampainya turun dari anak tangga, aku menyapa kedua orang tuaku dan berangsur mendudukkan badanku ditempat kursi meja yang kosong tepat bersebelahan dengan Bundaku.

"Selamat pagi Ayah, Bunda!" ucapku selamat pagi dengan senyuman lebarku untuk menyapa kedua orang tuaku yang kini tengah duduk di kursinya masing-masing.

"Selamat pagi anakku. Tumben kamu pagi-pagi ini senyumnya lebar banget? Habis kejatuhan apa semalam?" ucapnya bersama, setelah itu Bundaku bertanya kepadaku dengan nada yang sedikit meledek dan diselingi kekehan kecil.

"Ish bunda pagi-pagi udah ngeledek aja. Engga kejatuhan apa-apa tuh." ucapku sambil memasang raut wajah cemberut like a kids kemudian mengambil satu roti dan selai strawberry yang ada diatas meja makan kemudian mengoleskan selai-nya diatas roti lalu mulai memakannya dengan lahap.

Ayah dan Bunda sama-sama tertawa bersama saat melihat tingkahku ketika berada ditempat meja makan kami. Setelah menyelesaikan acara sarapan bersama, aku berpamitan kepada Ayah dan Bundaku untuk berangkat ke sekolah menggunakan motor kesayanganku. Setelah berada diluar depan pintu rumah untuk menyiapkan motorku, tiba-tiba bahuku ditepuk oleh seseorang melainkan itu Ayahku sendiri sehingga aku sedikit terlonjak kecil membuat Ayahku refleks tertawa tanpa dosanya sembari memberikan uang jajan untukku di sekolah lalu aku tersenyum saat menerima uang pemberiannya.

Her | WinrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang