8

917 101 13
                                    

Semenjak kejadian kemarin pasca di lapangan basket, Winneza benar-benar menjauhi Kathrina dan tidak ingin mengganggunya lagi.

Ia tau bahwa Kathrina telah menyakiti hatinya yang kedua kalinya. Yang pertama setelah mereka berpacaran hatinya sakit melihat orang yang sangat amat ia sayang dan cintai telah menerima perasaan dari orang lain. Dan yang kedua, dia tidak percaya dengan perkataannya bahwa pacarnya diam-diam berselingkuh di belakangnya sekaligus sempat membentaknya.

Hal itulah yang membuat Winneza berhenti untuk mengejar dan berjuang mendapatkan hati Kathrina sehingga ia bersikap seolah-olah tidak pernah memiliki perasaan kepadanya.

Sulit memang, tapi ia akan berusaha untuk melupakannya.

Setelah berhari-hari menjauhi Kathrina, ia sedikit lebih lega karena ia tidak terus-menerus memikirannya walaupun hanya sedikit bayangan yang sekelebat di pikirannya namun tidak sesering itu.

Dan setiap berpapasan di pintu gerbang sekolah, Kathrina sempat melihat ke arah Winneza yang baru saja memakirkan sepeda motornya ditempat parkiran lalu setelahnya hanya dibalas lirikan dari Winneza sekilas kemudian melenggang pergi untuk masuk ke kelasnya meninggalkan Kathrina yang masih berdiri di depan pintu gerbang sekolah.

Entah mengapa ketika melihat perubahan dari Winneza hari demi hari, Kathrina merasa hatinya sakit layaknya sudah tidak mengenal dirinya lagi dan bahkan sudah tidak memberi segala bentuk perhatiannya lagi seperti yang dulu.

Jujur, ia merindukan segala bentuk perhatian dari gadis berambut pendek itu sekaligus mempunyai kedua mata berwarna cokelat hazel. Juga merindukan tatapan mata teduhnya yang membuat dirinya merasa nyaman ketika berada disampingnya.

Kini sudah kesekian kalinya Winneza menjauh dari Kathrina karena ia mulai sibuk dengan kegiatan latihan basketnya bersama teman-temannya demi mendapatkan nilai yang bagus untuk kelulusannya nanti.

Sebuah upaya yang tidak sia-sia bagi Winneza karena sudah hampir setengahnya melupakan sosok yang paling ia sayang dan cintai telah memudar sedikit demi sedikit kepada Kathrina. Namun sebagian hatinya masih memiliki perasaan kecil untuknya.

Ya, hanya perasaan kecil yang ia rasakan bukan perasaan yang besar.

Setelah bel istirahat berbunyi menandakan seluruh siswa dan siswi tengah mengambil waktu istirahatnya sembari berangsur pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong. Lain dengan Winneza, gadis itu nampak kurang sehat dari segi fisik maupun perubahan raut wajahnya yang nampak lesu dan tidak seperti biasanya.

Nizhea yang duduk disamping Winneza menyadari perubahan gerak-gerik dari sepupunya dan akhirnya ia menepuk pelan punggung tangannya. "Win, lo gapapa?" Tanyanya khawatir.

Winneza mengangguk dan tersenyum tipis menandakan bahwa dirinya baik-baik saja agar Nizhea tidak mengkhawatirkannya.

"Iya Niz, gue nggak apa-apa kok." Jawabnya dengan nada yang sedikit lemas.

"Serius? Tapi muka lo pucet banget loh, Win. Atau mau gue anter ke uks aja?" Saran Nizhea sehingga kedua temannya yang duduk di depannya tidak lain adalah Joanne dan Yuzean juga ikut melihat keadaannya Winneza.

"Enggak usah, Niz. Gue beneran gapapa, serius."

"Yaudah kalau ada apa-apa bilang sama kita kita ya, Win." Sambung Joanne membuat Nizhea dan Yuzean mengangguk menyetujui ucapannya.

"Iya pasti bakal bilang sama kalian. Gue ke kamar mandi dulu bentar ya." Pamit Winneza.

"Oke Win!" Balas Yuzean dan kedua temannya.

Winneza mulai beranjak bangkit dari tempat duduknya untuk mencuci tangannya karena tidak sengaja terkena tinta pena saat menulis catatan yang ditulis pada papan tulis sekaligus membasuh kedua matanya yang sedikit terasa berat.

Her | WinrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang