Ke-esokkan harinya sinar matahari telah keluar dari tempatnya dan menyinari jendela rumahnya membuat gadis yang sudah terbangun dari tempat tidurnya sekitar beberapa menit yang lalu atau sekitar jam enam pagi dini hari, telah menyelesaikan kegiatan mandinya ditempat kamar mandi miliknya tepat bersebelahan dengan kasur yang ia tiduri dengan jarak yang tidak terlalu jauh sehingga ia sekarang sudah mengenakan setelan seragam yang tertata dengan rapih dan bagus. Juga sedikit menggunakan alat rias atau yang disebut make-up guna untuk mencerahkan wajahnya agar tidak pucat.
Setelah menggunakan alat rias tersebut, ia meraih ponselnya terletak diatas meja nakas tempat tidurnya untuk menekan tanda telepon kepada sahabatnya, Giselle. Yup, gadis itu adalah Kathrina —— yang sudah memakai setelan seragam yang cukup rapih di pagi hari ini. Mungkin karena tempo lalu ia merasa senang saat berjalan bersama Winneza di hari liburnya sekaligus membeli buku yang ia inginkan untuk dibaca ketika mempunyai waktu luang dan itu membuat suasana yang ia rasakan sedang dalam kondisi yang sangat bagus hari ini. Mungkin saja untuk dipamerkan ke Winneza.
"Sel, lo ada dimana?"
"Gue masih ada dirumah nih baru aja selesai makan sekalian mau otw ke tempat sekolah, kenapa?"
"Anterin gue ya hari ini, bisa kan?"
"Lah tumben amat? Biasanya lo minta dianterin sama pacar lo buat berangkat bareng."
"You know lah, Sel. Dia tuh banyak banget alesannya kalo disuruh anterin gue. And I think, he starting to change now." Giselle mendengar nada suara sahabatnya tiba-tiba menjadi memelan sehingga ia dapat membayangkan raut wajah sedih sahabatnya dan ia mengerti dengan keadaannya sekarang.
"Hm I know, beberapa menit lagi gue jemput lo dirumah ya. Jangan kemana-mana." Titah Giselle.
"Oke siap bos! Hati-hati, Sel!" Jawab Kathrina dengan semangat setelah itu ia menutup panggilannya.
Giselle hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar suara sahabatnya yang tiba-tiba berubah menjadi semangat setelah Kathrina menutup panggilan akhir teleponnya.
Sesampainya tiba dirumah Juanendra, Giselle melihat Kathrina telah menunggu didepan gerbang rumah miliknya sehingga ia mengulurkan satu tangannya untuk membuka pintu mobilnya dan beranjak keluar dari dalam mobil. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju arah Kathrina yang sedari tadi terus tersenyum kearahnya, dan itu membuat Giselle merasa aneh dengan sahabatnya.
Sebelumnya Kathrina sudah meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk dijemput oleh Giselle meski ada beberapa pertanyaan yang dikeluarkan oleh orang tuanya mengenai Jeviano tidak menjemput anaknya. Tetapi ia dapat menjawab semua pertanyaan itu dengan mudah, alhasil kedua orang tuanya mempercayai jawaban dari anak bungsunya itu. Yup, dia anak kedua dari Keluarga Juanendra. Sedangkan kakak pertamanya tengah sibuk berkuliah diluar negeri untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang Desainer Grafis.
"Kenapa lo pagi-pagi senyum segala? Nggak habis nyungsep kan lo?" Tanya Giselle sembari melayangkan tatapan aneh kepada Kathrina, tapi yang ditatap masih tetap tersenyum membuat Giselle bergidik ngeri.
"Enggak lah sembarangan aja lo, Sel! Mood gue hari ini lagi bagus aja." Jawabnya sambil membenarkan tatanan rambutnya.
"Pasti karena habis diajak jalan sama Winney ya kemarin makanya paginya lo rada aneh begini. Mana hari ini seragam lo rapi banget, biasanya gak serapi ini deh setau gue." Tukasnya seraya memperhatikan penampilan sahabatnya dari atas sampai bawah.
"Idih Winney Winney, nggak usah sok imut lo! Hehehe, biarin lah suka-suka gue sekalian mau cari suasana baru juga pake seragam rapi gini."
"Bilang aja mau caper ke dia susah amat. Kayaknya bakal ada yang suka nih sama Winney gue." Goda Giselle sembari menaik-turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her | Winrina
Teen FictionTentang seseorang bernama Winneza mengagumi gadis yang bernama Kathrina sejak duduk dibangku kelas 1 SMA. Namun takdir berkata lain, bahwa Kathrina telah memiliki pasangan dan Winneza sangat terpukul akan hal itu. Tetapi, biarkanlah waktu untuk menj...