Getting to know Kaivan is bad luck for Karina. Karina loves that man--he has something that attracts her. But that something is called a sweet lies.
"Every time I think, do I deserve to be side by side with you, Kaivan?"
And then, marrying Kaivan mi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Btw, gimana lo udah contact orangnya belum? Semua persiapan buat besok lancar, kan?"
Karina dengan kaos oversize berwarna putih yang menerawang memperlihatkan bra hitamnya dan hot pants denim yang dipakai membuatnya terlihat semakin santai di dalam rumah. Tak lupa rambut cokelat legam panjang miliknya disanggul asal dan membiarkan anak-anak rambut itu jatuh di pelipisnya. Satu tangannya memegang ponsel yang ditempelkan pada telinga, sedangkan satu tangannya mencoba menuangkan jus kemasan ke dalam cangkir yang sudah diisi kotak-kotak es batu.
"Tenang, semua udah gue handle. Tinggal lo sama Netri aja yang pegang acara besok. Lagian kenapa lo mau pegang acara besok? Kenapa nggak biarin gue aja? Merly itu adiknya Kaivan, kan? Ya, artinya otw adik ipar lo, Rin. Lo bisa jadi orang penting aja disana, gak perlu jadi designer gaunnya."
Jadi, Merly yang akan melangsungkan pernikahan besok memilih gaun pernikahan dari Lavish Boutique. Karina awalnya cukup terkejut ketika Olivia memberitahu ada klien yang merupakan Merly, awalnya Olivia hanya mengabari namun akhirnya Karina malah tertarik untuk membatalkan cutinya dan kembali masuk bekerja. Ia juga meminta untuk mengambil alih peran Olivia untuk klien yang ini.
"Udah contact orang makeup-nya belum? Gue nggak mau nunggu lama pengantinnya makeup-an," balas Karina. Ia mendudukkan diri di sofa sambil memandang televisi yang menampilkan acara audisi memasak.
Dari seberang sana Olivia memaki.
"Cuma lo kayaknya designer yang banyak maunya, anjir. Yaudah nanti gue hubungin tim makeup-nya buat tanya perkiraan lamanya mereka untuk makeup-in pengantin."
"Liv, kenapa Merly milih gaun-gaun hasil desain gue?" tanya Karina pada akhirnya.
"I don't know. Mungkin desain lo emang bagus, sejauh ini gak ada klien gue yang merasa kecewa sama semua gaun rancangan lo, Rin. Yaudah, lanjut nanti ya, Rin, gue ada perlu sama Kris. See you, Baby."
Karina menghela napasnya. Ia meletakkan ponsel di meja dan beranjak keluar menuju balkon apartemen. Butuh waktu yang cukup lama baginya untuk bisa menyewa tempat ini, ia juga harus merogoh kocek yang dalam untuk mendapati tempat tinggal yang tidak begitu bagus tapi tidak begitu buruk. Apartemen tempatnya bukanlah gedung mewah yang di dalamnya dimiliki oleh orang-orang yang kelebihan harta, ia tidak seperti orang-orang yang mengambil apartemen hanya untuk investasi karena tidak tahu harus menghabiskan uang dengan bagaimana lagi.
Ini tempat yang sederhana yang dimana dalamnya terdapat ruang tamu, dapur, kamar tidur dan kamar mandi. Percis seperti kosan biasa, tapi cukup lebih baik daripada itu. Hidupnya selama ini memang mewah, barang-barangnya bahkan branded, tetapi beginilah adanya. Karina bahkan ingin menghilang di dunia, ketika sadar ia berada di lingkungan yang salah. Semua orang-orang di sekelilingnya adalah orang-orang yang memiliki privillege dan tentunya punya uang banyak. Sehingga membuat gaya hidupnya juga berubah.