Seumur mengenal Kaivan, Bella belum pernah melihat pria itu berinteraksi dengan anak kecil. Kaivan juga pernah berkata bahwa dia tidak masalah jika tidak punya anak dan itu diartikan oleh Bella bahwa pria tersebut tidak suka anak kecil. Semakin membulatkan tekadnya untuk tidak juga memiliki anak bersama Kaivan, mungkin ia bisa mudah untuk mengandung tetapi Bella tidak ingin jika suatu saat anaknya tidak disayangi sebagaimana mestinya.
"Uncle, dimana hadiahku?"
Kiano kini berdiri di hadapan Kaivan dan Bella yang baru saja turun dari tangga rumah karena acara ulang tahun sebentar lagi akan dimulai. Pria itu sangat terlihat malas bahkan tidak ada minat sedikitpun, kalau bukan karena Merly yang memaksa dan mengancam dengan membawa nama Sanjaya yang telah meninggal--ia tidak akan terbang ke Indonesia hanya demi acara sepele seperti ini. Waktunya terlalu berharga.
"Uncle belum belikan. Kamu mau apa?" tanya Kaivan dengan santai tanpa merasa ucapannya salah dan membuat Kiano cemberut. "Nanti setelah ini Uncle pesankan," tambahnya agar bocah itu tidak memasang wajah masam lagi.
Bella yang tepat di samping Kaivan kini menyenggol pelan lengan pria itu dengan memberi tatapan yang kesal. Lalu ia menunduk di hadapan Kiano yang mungkin hanya setinggi setengah kakinya. "So sorry, Kiano. Uncle and Aunty buru-buru ke Indonesia untuk datang ke acara ulang tahunmu, kami belum menyiapkan hadiah ulang tahun untuk Kiano. Em, bagaimana kalau Kiano usulkan mau hadiah apa dari kami? Uncle Aunty langsung berikan hari ini juga," ujarnya dengan kata yang lebih halus dibanding Kaivan.
Kiano mengembuskan napasnya dengan cepat, namun bibirnya segera membentuk senyuman. "Mobil remote control. Kemarin Kiano mau beli itu, tapi dilarang sama Mommy karena mahal," katanya.
"Okay," sahut Kaivan santai. Ia lalu menggerakkan tangannya berniat seperti menyuruh Kiano segera berlalu. "Sekarang kamu ke teman-temanmu sana."
"Uncle gak ikut? Kita 'kan mau rayain ulang tahunku," ujar Kiano mendongak. Ia mengangkat dua tangannya. "Gendong aku. Kita jalan bersama kesana. Teman-temanku sudah banyak yang datang."
Kaivan mengerutkan keningnya. "Kamu punya kaki, Kiano. Jalan sendiri."
"Van," sergah Bella kesal. "Bisa turuti saja perkataannya?"
"Kiano! Sini cepat!"
Merly yang rupanya menonton sedaritadi kini membuka suaranya, ia sangat tahu apa permasalahan yang tengah dihadapi Kaivan dan Bella. Ia tahu dari ibunya, Deliana. Bahwa keluarga Bella sudah tidak respect pada Kaivan dan mulai mengatai pria itu hal yang tidak-tidak. Semua yang terjadi sampai detik inipun Kaivan yang disalahkan. Sebab Bella belum mengandung, sebab Kaivan mengurung wanita itu tidak membiarkan Bella kemanapun, sampai penyebab dari penggelapan uang yang terjadi di Gunadyha Group juga dituding kesalahan staff karyawan Kai Inc. karena kerjasama antar mereka yang masih terjalin sampai saat ini. Tentu hal tersebut membuat Kaivan murka, ia tidak tahu apa-apa tetapi ia yang disalahkan oleh pihak keluarga istrinya, Arabella.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lies | END
ChickLitGetting to know Kaivan is bad luck for Karina. Karina loves that man--he has something that attracts her. But that something is called a sweet lies. "Every time I think, do I deserve to be side by side with you, Kaivan?" And then, marrying Kaivan mi...