Apa yang ditakutkan setiap orang ketika menjalin hubungan?
Karina mungkin akan berucap dengan lantang bahwa satu-satunya ketakutan terbesar berhubungan dengan Kaivan adalah bertemu dengan keluarga pria itu.
Ia bukannya tidak percaya diri dengan dirinya sendiri. Tetapi golongan orang-orang dengan keluarga seperti itu terkadang benar-benar menjatuhkan harga diri seseorang yang berada jauh di bawahnya. Mereka tidak akan begitu terpesona dengan segala perjuangan Karina dari awal hidupnya sampai bisa seperti sekarang, mereka hanya ingin tahu hasilnya bagaimana dan yang dilakukan hanya menilai apakah wanita ini cocok disandingkan dengan anak mereka atau tidak. Mengingat keluarganya yang sudah tidak ada dan kini Karina sebatang kara, apa ia masih harus merasa optimis dengan hubungan yang ia jalani bersama Kaivan?
Setelah tadi Kaivan membangunkannya dan memberitahu bahwa kedua orangtua pria itu datang, Karina buru-buru bersiap dan mencari pakaian yang sopan. Berkali-kali isi pikirannya kacau dan tangannya keringat dingin, keadaan seolah tidak mendukung karena kedua orangtua Kaivan datang ketika mereka baru saja bercinta panas semalam.
"Apa aku sudah terlihat oke?" tanya Karina.
Kaivan yang berdiri menunggunya sambil bersedakap dada kini mengangguk dan menepuk kedua bahu Karina.
"Kamu sudah cantik, aku menyukainya. Jadi sekarang tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kamu hanya perlu ada di sampingku."
Kedua mata Karina terpejam sesaat Kaivan meraihnya ke dalam dekapan. Seperti menenangkannya dan ia terbantu akan hal itu. Ia memiringkan kepalanya sesaat Kaivan juga melirik padanya. Bibir mereka bertemu, namun sekadar kecupan sejenak saja.
"Tanganmu juga dingin?" tanya Karina lagi meremas kedua tangan Kaivan.
Pria itu juga gugup, Karina mengetahuinya bahkan ketika membangunkannya Kaivan merasa tidak enak karena memberi informasi yang entah baik atau buruk, tapi jelas itu mengagetkan.
Kaivan tersenyum kecil. "Everything is gonna be alright, Rin," ujarnya sambil kembali memeluk Karina.
Karina mengangguk yakin.
Mereka berjalan keluar ruangan secara bersamaan, semakin mereka keluar dari lorong semakin pelan langkah yang dibuat oleh Karina. Ia membiarkan Kaivan jalan lebih dulu di depannya, ia juga menolak ketika Kaivan hendak meraih tangannya untuk digenggam. Karina rasa ia tidak sopan dan rasanya bukan hal yang baik mempertontonkan hal tersebut di hadapan kedua orangtua Kaivan. Jantungnya kini benar-benar berdegup dengan sangat cepat, pandangannya pun tertunduk pada lantai.
"Dad, Mom."
Barulah, Karina mengangkat wajah ketika kini Kaivan menjauh dari hadapannya. Sanjaya dan Deliana juga ikut bangkit berdiri saat Kaivan mendekati mereka untuk berpelukan. Wajar saja sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan alasan sang anak ingin menenangkan diri sendiri dan menikmati hidup di negara lain tanpa ikut campur kedua orangtua, apalagi Kaivan membatasi kehidupannya sehingga Sanjaya terutama Deliana tidak diperkenankan mengusik hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lies | END
ChickLitGetting to know Kaivan is bad luck for Karina. Karina loves that man--he has something that attracts her. But that something is called a sweet lies. "Every time I think, do I deserve to be side by side with you, Kaivan?" And then, marrying Kaivan mi...