Chapter 22 ★ 𝐂𝐀𝐍'𝐓 𝐆𝐎 𝐁𝐀𝐂𝐊

3.1K 453 102
                                    

Agar kisah latar belakang [Name] lebih nyambung, disarankan untuk membaca ulang chapter sebelumnya karena ada perubahan (baca: perubahan pada bagian ketika [Name] menghadapi Barō). Maaf atas ketidakkonsistenan Author!

﹙[NAME]'S POV﹚
9 tahun yang lalu, SD Michiozaki.

"Lihatlah siapa yang baru saja dikeluarkan dari tim sepakbola karena ia tidak melakukan apapun selama pertandingan! Mana kepercayaan dirimu itu, 'Deinrichs'?! BAHAHAHAH!"

Dengarlah suara tawa mereka - menggelegar dengan begitu kerasnya. Telingaku berdenging dibuatnya.

"Dalam penilaian pelatih, pasti ada sebuah kesalahan! Aku telah memberikan semuanya pada pertandingan itu- OW!"

Rambutku ditarik keras, sepertinya ada beberapa helai yang terpisah dari kulit kepalaku. Sakit sekali, tapi aku tidak cukup kuat untuk lepas dari cengkeraman Kak Kidō...

"Ughhh... Lepaskan, kak! Apa salahku pada kalian semua?!"

"Coba renungkan apa yang sudah kau perbuat pada kami! Sikap sombongmu takkan bisa bertahan lama, dan kau akan mengetahui akibat dari selalu selangkah lebih unggul dari kami!"

Hah? Mereka menertawakanku karena itu? Mereka sedang melawak, ya?

"Bukan salahku kalau kalian merasa inferior! Salahkan kalian sendiri, kenapa kalian tidak berusaha?! Jangan lampiaskan padaku, orang-orang payah!"

"Kau bilang apa, b*ngsat?! Berani-beraninya mulutmu berbicara pada kakak kelasmu seperti itu!"

*BUAGH!

... Oww, sakit-! Apa yang baru saja terjadi?!...

Oh, Kak Kidō meninju wajahku.

Aku berpikir sesaat. Sekarang aku paham dengan keadaannya. Mereka menindasku karena kesalahan yang tidak kuperbuat.

Kenapa?

Memangnya kenapa kalau aku lebih unggul dari mereka? Mereka bisa saja melampauiku kalau mereka berusaha. Tidak perlu sampai mencoba untuk menjatuhkanku dan menyakitiku, kan?

"Woah, kenapa kau menangis, adik kecil? Kau minta hibur, ya? Utututu! Sini kakak gendong!!"

... Masalah ini, kenapa mereka tidak bisa menyelesaikannya secara rasional? Haruskah mereka memperlakukanku seperti ini? Konyol sekali!

Apakah wajar jika manusia memperlakukan orang lain dengan kejam hanya karena rasa iri? Bukankah mereka seharusnya menjadikan itu motivasi untuk menjadi manusia yang lebih baik? Ayah selalu bilang untuk menjadikan orang dengan kemampuan yang berada di atas kita sebagai motivasi... Apa aku salah?

Aku tidak bisa mengerti apa yang mereka pikirkan!

"Oh, heii, Nao, kau datang juga. Katamu kau mau membalaskan dendammu, kan? Ini kesempatan emas. Hari ini Isaac absen, jadi adiknya pasti kesepian. Ayo ajak dia main bareng!"

Kak Nao, teman setim sekaligus teman sekelas kakak. Jadi dia juga teman Kak Kidō, ya... Tunggu, apa? Membalaskan dendam?

"Aku punya urusan dengan si b*jingan arogan itu, bukan adiknya. Lakukanlah semau kalian pada anak cengeng ini, asal jangan berlebihan. Aku hanya berniat untuk menghancurkan bocah congkak itu."

... B*jingan arogan? Bocah congkak? Berani sekali dia menyebut kakakku dengan sebutan-sebutan itu! Ugh, aku ingin menyumpal mulutnya sekarang juga!

𝐑𝐄𝐌𝐀𝐈𝐍⭒Blue Lock x M!ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang