Uhh, kira-kira apa yang menonjol dariku? 'Senjata'-ku... Fisik? Tidak. Kecerdasan dalam permainan? Tidak juga. Pola pikir? Bukan-
"... -me], apa kau mendengarkan?"
[Name] terlarut dalam pikirannya sendiri sampai-sampai tidak menyimak pembicaraan yang tengah mereka bahas. Kuon pun mengetuk-ngetuk pundak [Name], membuyarkan lamunannya.
"O-oh... Maaf, bisa kau ulangi, Kuon?..."
"Aku sedang mencoba membuat rencana yang memanfaatkan segala kemampuan kita. Maka dari itu, kita harus tau potensi dari tiap-tiap orang... Apa 'senjata' yang kau miliki, [Name]?"
"Ugh, tidakkah kau lihat wajahnya yang kebingungan? Sudah jelas dia tak tahu. Lanjut saja menanyakan orang lain."
'Um... Tapi Raichi benar, aku masih belum tau apa senjataku. Aku mungkin perlu waktu lebih untuk berpikir.' [Name] tersenyum kikuk.
"Seperti apa yang dikatakan Raichi, aku belum tahu. Maaf, Kuon. Biarkan aku memikirkannya terlebih dahulu."
"Tentu. Tapi jangan terlalu lama. Oke, selanjutnya..."
Merebahkan dirinya di atas futon, [Name] kembali berpikir keras. '... Ajaran yang diberikan oleh kakak padaku sewaktu pulang ke Jepang berfokus pada teknik bermain. Kurang lebih aku mengerti bagaimana cara melakukan dribble, pass, dan freekick yang baik. Dan juga, sepertinya kakak pernah bilang kalau aku itu 'ambidextrous'. Mungkin itu adalah 'senjata'-ku...?'
Sepanjang penjelasan dari Kuon, [Name] entah bagaimana caranya mampu memperhatikan dan berpikir secara berbarengan. "... Kita akan menggunakan taktik 'Akulah nomer 9 selanjutnya!"
Nama taktik macam apa itu... Terdengar seperti sebuah judul karangan untuk anak-anak. Tapi terdengar bagus, aku ingin turut mencobanya.
•---------•
Tim Z mengambil langkah dengan memulai sebuah latihan khusus untuk menyempurnakan permainan mereka. Sarana penyatu mereka ini tentu tidak akan merubah semuanya dalam sekejap, dan maka dari itu, mereka semua harus sabar dalam melakukannya. Semua ini pasti akan membuahkan hasil.
Satu hal yang juga ikut berperan dalam membantu mempersatukan mereka adalah sebuah motivasi. 'Jika kami kalah, karir sepakbola kami akan berakhir'. Untuk menghindari itu, mereka harus bekerjasama. Itulah yang menyatukan Tim Z.
•---------•
"... Ah, gelap. Lagi-lagi aku terbangun di tengah malam. Kalau begini, daripada tidak melakukan apa-apa, sebaiknya aku mengisi perutku yang kosong."
Hari ini, [Name] tidak merasa terlalu letih. Ia memang sempat beristirahat dan tidur, tetapi entah kenapa tidurnya hanya memerlukan waktu dua jam. Sekarang ia sudah bugar kembali.
Bangkit dari futonnya, [Name] keluar dari ruang itu dan berjalan di koridor yang amat sunyi seorang diri.
.
.
.
Atau begitulah yang ia kira. Ada seseorang yang tiba-tiba menabraknya dari belakang. [Name] kehilangan keseimbangannya dan nyaris terjatuh, tetapi sebuah lengan dengan cekatan melingkari [Name] dan menarik [Name] ke dalam dekapannya.
"... Maaf, aku tidak melihatmu. Kau tak apa?"
"?! Oh, aku tak apa..."
Ia menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat siapa yang menabraknya. Manik [E/C] itu bertemu dengan sepasang manik golden brown yang sedang memandangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐄𝐌𝐀𝐈𝐍⭒Blue Lock x M!Reader
Fanfic→ remake di book sebelah, book ini di drop. Sepakbola - salah satu di antara banyaknya permainan yang mementingkan solidaritas antarpemain. Walaupun begitu, tampaknya pernyataan ini tak berlaku bagi Jepang. Jepang awalnya juga menjadikan solidaritas...