17.tertunda lagi.

1K 77 3
                                    

Kini Arabella tengah berada di danau tempat dirinya dulu suka menyendiri, menatap danau itu dengan pandangan kosong,tak terasa air matanya tiba-tiba saja menetes,Arabella kembali ke kediaman keluarga Davies itupun karena Arabella memaksa ingin kembali kesana meskipun harus berdebat terlebih dahulu dengan Victor.

Sudah berapa hari sejak dirinya melahirkan anak keduanya,bahkan Arabella bertemu dengan sang putri yang baru lahir terakhir kali saat dirinya pertama kali melihat wajah anak keduanya itu, sesaat setelah berhasil dirinya lahirkan.

Entah kenapa rasanya sangat menyakitkan ketika melihat wajah sang putri,mata putrinya begitu mirip dengan mendiang suami nya.

"Hiks sangat menyakitkan,i-ini sangat menyakitkan hiks hiks,ke-kenapa takdir ku seperti ini,a-aku tidak ingin menikah dengan Victor hiks hiks,ta-tapi aku harus rela menerima tawaran nya hiks hiks demi keberlangsungan hidup kedua anak ku,aku ingin hidup kedua anak ku terjamin apa lagi setelah kematian suami ku dan juga ayah angkat ku hiks hiks."tangis Arabella pecah karena tak bisa membendung rasa sakit di hatinya.

"Hanya dengan menikahi Victor kehidupan kedua anak ku akan terjamin hiks hiks,putra ku akan mendapatkan gelar sebagai putra mahkota dan dia akan menjadi raja setelah Victor sementara putri ku akan mendapatkan gelar kebangsawanan yang tinggi karena menjadi putri seorang raja hiks hiks,dan tentu saja kehidupan putri ku akan sangat dijamin oleh Victor apalagi dia begitu mendambakan seorang anak perempuan,tidak ada cara lain untuk membuat kedua anakku aman dan hidup mereka akan terjamin jika seandainya terjadi sesuatu padaku hiks hiks."lanjut Arabella yang semakin merasakan sesak di dadanya.

Arabella melihat ke atas seraya melihat langit dengan tatapan sendu yang mengisyaratkan bahwa dirinya benar-benar terluka dan sedang berada di titik kehancuran.

Air matanya yang terus mengalir seraya menatap langit seakan-akan dirinya tengah mengadu pada seseorang yang begitu dirinya rindukan,yang kini sudah berada di atas sana jauh dari dirinya.

"Suami ku apa kau melihat segalanya hm?apa kau mengawasi aku dan juga kedua anak kita?hiks hiks aku lelah aku ingin bersamamu,kenapa kau begitu cepat meninggalkan ku hiks hiks,aku begitu merindukan mu apakah kau tidak merindukan ku?kau bahkan enggan datang kedalam mimpi ku hiks hiks,apa kau kecewa akan keputusan ku hiks hiks ini begitu menyakitkan aku juga tidak ingin menikah dengannya tapi aku tidak berdaya,aku tidak boleh egois aku sudah menjadi seorang ibu dan aku harus mengutamakan kedua anak kita hiks hiks aku ingin mereka hidup dengan aman dan aku ingin hidup mereka terjamin, dari pada ego ku hiks hiks aku lebih menyayangi kedua anak kita, ku mohon mengertilah."isak tangis Arabella semakin pecah, kesalahan apa yang dirinya perbuatan sehingga takdirnya begitu kejam?

Tanpa Arabella sadari ada seorang pria tengah menatapnya dari kejauhan dengan tatapan sendu,bahkan ia juga ikut merasakan kesedihan yang kini tengah Arabella rasakan, memegang dadanya yang merasa sesak menyaksikan gadis yang ia cintai kini begitu rapuh dan hancur.

'berhentilah menangis Arabella ini begitu menyakitkan,aku tidak bisa melihat mu dalam kondisi seperti ini, untuk saat ini aku bingung harus bagaimana'-batin pria itu.

•••••

"Jadi kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?."tanya Adorjan.

"Secepatnya, saya juga tidak bisa berlama-lama jauh dari kedua anakku."jawab Victor.

"Secepatnya itu kapan? Kau ingin membuat Arabella menunggu lagi,ayo lah Victor jika kau begitu menyayangi Arabella dan kedua anaknya kenapa tidak besok atau dua hari lagi saja kau nikahi dia?."tanya Alberu.

"Saya juga ingin seperti itu,tapi seperti yang kalian ketahui keadaan istana kini tengah kacau di akibatkan oleh siren yang tidak terima jika saya menikahi Arabella."ucap Victor sambil menghembuskan nafas nya dengan kasar, mengingat kejadian itu benar-benar membuat nya muak, perempuan itu sekarang menjadi sangat gila dan agresif.

Mencoba Merubah TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang