PROLOG

4.8K 297 2
                                    


Jalanan sepi.


Langit gelap.



Angin musim gugur bertiup kencang.



Dia merapatkan jaket yg dikenakannya, namun tubuhnya tetap saja menggigil. Bukan karna angin, karna saat ini dia sama sekali tidak bisa merasakan apa pun. Sepertinya saraf-sarafnya sudah tidak berfungsi. Dia tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak bisa bersuara, dan tidak bisa merasakan apa-apa.



Kecuali rasa sakit di hatinya. Dia bisa merasakan yg satu ini. Sakit sekali.



Butuh tenaga besar untuk menyeret kakinya dan maju selangkah. Sebelah tangannya terangkat ke dada, mencengkram bagian depan jaket. Tangan yg lain terjulur ke depan dan mencengkram pagar besi jembatan. Pagar besi itu seharusnya terasa dingin di tangannya yg telanjang, tapi nyatanya dia tidak merasakan apa pun walaupun dia mencengkram pagar besi itu sampai buku-buki jarinya memutih.



Matanya menatap kosong ke bawah. Permukaan sungai terlihat tenang seperti kaca besar berwarna hitam yg memantulkan cahaya dari lampu-lampu di tepi jalan.



Air sungai itu pasti dingin sekali. Dia pasti akan mati kedinginan bila terjun ke sungai itu. Mati beku.



Dia hanya perlu membiarkan dirinya jatuh. Setelah itu seluruh tubuhnya akan membeku. Rasa sakit ini juga akan membeku. Dia tidak akan merasakannya lagi.
















PLEASE SUPPORT PROJECT BARU.
CERITA INI AKAN BERBEDA DENGAN CERITA-CERITA SEBELUMNYA.

IN PARIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang