DUA PULUH SATU

1.5K 195 19
                                    

Sebulan sudah berlalu sejak Freen meninggalkan Paris. Walaupun tidak bisa mengembalikan hidupnya seperti sebelum dia mengenal Freen, tapi Becca berusaha menjalani hari-harinya senormal mungkin. Freen masih muncul dalam pikirannya setiap hari tanpa bisa dicegah, tapi Becca berusaha tidak sedih dan menangis lagi.



Freen tidak pernah menghubunginya sejak meninggalkan Paris, jadi Becca tidak tahu bagaimana keadaannya. Becca tidak bisa menahan diri untuk penasaran, tetapi pada akhirnya dia meyakinkan dirinya sendiri keadaan seperti sekarang adalah yg terbaik.



Segalanya berjalan baik, setidaknya sebaik yg bisa dilakukan dalam situasi ini, sampai Becca menerima telepon yg mengabarkan berita buruk itu.



******



Mobil Ayahnya mogok lagi sehingga Becca terpaksa harus menyetir mobil dan menjemput Ayahnya karena mereka akan keluar makan bersama.



"Ayah belum siap-siap?" tanya Becca begitu pintu rumah Ayahnya dibuka.



"Maaf, sayang. Ayah tadi ketiduran. Kalau kamu mau menunggu sebentar, Ayah akan siap dalam beberapa menit."



Becca melangkah masuk ke rumah Ayahnya sambil menggerutu.



"Mana ada laki-laki yg meminta wanita menunggu? Biasanya Ayah yg suka mewanti-wanti supaya aku tidak terlambat menjemput. Sekarang? Tapi tidak apa-apa. Aku akan menunggu dengan tenang dan sabar kalau Ayah berjanji tidak akan mengomel soal mobilku. Asal tahu saja, mobilku belum sempat kucuci selama... aku lupa sudah berapa lama aku tidak mencuci mobil. Yg penting bagian dalam mobilnya masih bersih."



"Baiklah, Ayah janji," kata Ayahnya cepat sebelum menghilang ke dalam kamar mandi.



Becca tersenyum kecut. Dia tahu Ayahnya hanya berjanji agar dia berhenti menggerutu. Nanti Ayahnya pasti mengomel juga begitu melihat kondisi mobilnya yg menyedihkan.


Dia menjatuhkan pantatnya ke sofa dan baru akan menyalakan televisi ketika telepon berdering. Dia menoleh sejenak ke kamar mandi, lalu ke arah telepon di meja kecil di samping televisi itu.



"Ayaaaah!!" panggilnya keras.



"Tolong jawab teleponnya, sayang." Ayahnya balik berseru dari kamar mandi.



Becca bangkit dan berjalan ke telepon.



"Hallo?" katanya begitu gagang telepon menempel di telinga.



"Hallo?" suara seorang wanita membalas dengan nada ragu.



Becca mencibir. Pasti salah satu kekasih baru Ayahnya.



"Ya? Anda ingin berbicara dengan siapa?" tanya Becca datar.



"Eh... Apakah...Tuan Lemercier?" tanya wanita itu lagi. Suaranya terdengar gugup dan jauh. Ditambah lagi dia mengucapkan kata-kata itu dalam bahasa Prancis yg payah sekali.



Becca baru akan membuka mulut, ketika dia tersentak. Lemercier? Kenapa wanita ini menyebut nama lama Ayahnya? Siapa wanita ini?



"Siapa ini?" tanya Becca sambil mengerutkan kening.


Wanita itu tidak langsung menjawab. Sepertinya dia menjauhkan gagang telepon dan Becca bisa mendengar wanita itu berbicara dengan seseorang di dekatnya. Becca bisa mendengarnya, tapi tidak memahami kata-katanya, karna wanita itu berbicara dalam bahasa asing.



"Hallo? Siapa ini?" tanya Becca lagi.



"Inggris... oke?" Wanita itu kembali berbicara.



IN PARIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang