EMPAT BELAS

1.4K 214 24
                                    

"Lisaaa!!"



Lisa mengangkat wajah dari kertas-kertas yg berserakan di meja dan melihat Becca mengintip dari celah pintu kantornya yg terbuka.




"Becca!" seru Lisa gembira.



"Tumben sekali kamu datang ke kantorku. Ayo masuk."



Becca menghampiri Lisa dengan senyum lebar.



"Apa kabar, Lisa?"



Lisa bangkit dan merangkul Becca.



"Tadinya lelah setengah mati, tapi begitu melihatmu datang, semangatku langsung naik," kata Lisa.



Becca mendengus dan tertawa.



"Simpan saja rayuanmu untuk gadis lain."



"Kenapa kamu tiba-tiba datang ke sini?"



Becca memandang sekeliling. Kantor Lisa punya nasib yg sama dengan apartemen Becca. Berantakan.



"Sebenarnya aku datang untuk menemui Freen," sahut Becca ringan.



Lisa langsung memejamkan mata dan memasang raut wajah terluka.



"Ah, harga diriku...Kukira kamu datang untuk menemuiku."



"Yah, karna aku tidak berhasil menemuinya, aku datang ke tempatmu. Kamu tahu kemana perginya?"



Lisa mengangkat bahu.



"Entahlah. Mungkin mengunjungi lokasi proyek."



"Akhir-akhir ini dia sedikit aneh. Sepanjang hari bekerja tanpa henti. Kalaupun berhenti, dia hanya melamun. Kamu tahu ada apa dengannya?"



Becca menggeleng. Dia justru berharap Lisa bisa menawarkan penjelasan untuk pertanyaan itu.



"Aku pernah bertanya, tapi katanya dia hanya lelah bekerja," sahut Becca seadanya.



Becca menatap Lisa dengan mata disipitkan.



"Itu salahmu. Kenapa membiarkannya bekerja terus tanpa henti?" gerutu Becca.



"Wah, itu bukan salahku. Bukan aku yg memaksanya bekerja. Dia sendiri yg ingin melakukannya." Lisa memiringkan kepala.



"Sepertinya ada yg mengganggu pikirannya, makanya dia harus bekerja sebagai pelampiasan. Itu teoriku."



Becca menghembuskan napas panjang.



"Begitukah?"



"Ya. Itu hanya teoriku saja," jawab Lisa.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu mencarinya?"



"Hanya ingin mengajaknya makan siang."



Lisa bisa melihat kekecewaan Becca. Perasaan gadis itu mudah ditebak. Becca bukan orang yg bisa menutupi perasaannya.



"Karna Freen tidak ada, bagaimana kalau aku saja yg menggantikannya?"



Alis Becca terangkat.



"Kamu tidak sibuk?"



Lisa menatap tumpukan kertas dan map di meja kerja, lalu menggeleng dengan yakin.



"Karna kamu sangat membutuhkan sahabatmu ini, aku bisa menyisihkan sedikit waktu."



"Kamu tidak ada janji dengan pacar barumu?" selidik Becca.



IN PARIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang