SEMBILAN

1.6K 194 5
                                    

Freen keluar dari restoran dan menghembuskan napas panjang. Selesai! Mimpi buruknya berakhir sudah. Beban yg selama ini mengimpit dadanya terangkat sudah. Kalau di pikir-pikir, dia bertindak bodoh. Kenapa dia harus menunggu selama ini untuk bertemu dengan Ayah kandungnya sendiri? Kenapa?


Tentu saja karna dia takut. Saat itu dia takut Ayah kandungnya akan menolak percaya dan takut situasinya malah semakin parah. Dia juga akan frustasi. Walaupun dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia tidak butuh pengakuan, tapi bagaimana jadinya bila kamu tahu orang itu adalah Ayah kandungmu dan dia menolakmu? Siapa pun tidak suka ditolak, terlebih oleh orangtua kandung sendiri.


Namun terbukti ketakutannya tidak beralasan sama sekali karna Daniel Lemercier sangat berbeda dari apa yg dia bayangkan sebelumnya. Freen senang akhirnya mereka berhasil melalui saat-saat sulit itu.


Tiba-tiba saja Paris terlihat jauh lebih indah. Daun-daun yg berguguran tidak lagi terasa tragis baginya. Freen menghirup udara dalam-dalam, seakan ingin menghilangkan sisa masalah yg mengganjal di dada. Di saat-saat seperti ini orang pertama yg muncul dalam pikirannya adalah gadis yg seperti obat penenang baginya. Rebecca.


Freen mengeluarkan ponselnya, menekan beberapa tombol, dan menempelkan benda itu ke telinga. Dia menunggu sebentar. Begitu terdengar suara di ujung sana, senyumnya otomatis mengembang.


"Becca, kamu punya waktu?...sebentar saja...Ya, sekarang...Aku ingin bertemu denganmu."


*****


"Ayah kandungmu?" mata Becca terbelalak. Dia mengibas-ngibaskan tangan, lalu bertanya sekali lagi.


"Kamu tadi bilang, Ayah kandungmu?"


"Mm-hmm," sahut Freen santai.


Mereka berdua duduk di bangku panjang di pinggir jalan, di bawah pohon-pohon yg daunnya berwarna coklat, tidak jauh dari stasiun radio tempat Becca bekerja. Freen baru saja menceritakan tentang pertemuannya dengan cinta pertama Ibunya yg juga adalah Ayah kandungnya.


Becca terpana, terkejut dengan berita itu. Kejutan lain dari Freen Sarocha. Kemudian dia menatap Freen dengan ragu-ragu.


"Apa yg kamu rasakan sekarang?" tanya Becca hati-hati.


"Aku lega semuanya sudah selesai." Freen tersenyum.


"Ayah kandungmu itu...orang baik?"


"Mm...kelihatannya begitu."


Becca terdiam. Dia belum pernah menemui masalah seperti ini sebelumnya, jadi tidak tahu harus berkata apa untuk menghibur ataupun mendukung Freen. Tiba-tiba pundaknya terasa berat. Dia menoleh dan melihat kepala Freen bersandar dipundaknya. Becca terkesiap dan wajahnya memanas.


"Freen, kamu sedang apa?" tanyanya heran.


"Sebentar saja," gumam Freen, tanpa mengangkat kepala.


"Biarkan aku begini sebentar saja. Aku lelah sekali."


Becca pun berhenti bergerak-gerak. Dia bahkan menahan napas dan berusaha meredakan debar jantungnya yg semakin cepat, takut Freen mendengarnya.


"Aku baru tahu sekarang kenapa Ibuku selalu memaksaku belajar bahasa Prancis sejak aku kecil," gumam Freen dengan mata terpejam.


"Ternyata Ibu ingin aku bisa bertemu dengan Ayahku suatu hari nanti."


Beberapa saat kemudian Freen mengangkat kepala dan menatap Becca sambil tersenyum.


"Lega sekali karna masalahku sudah selesai. Bagaimana kalau kita merayakannya malam ini?"


IN PARIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang